Histats

Orang yang Membaca Al-Qur’an Tapi Tak Melewati Kerongkongan

Tausiah Islam - Allah telah memberikan mukjizat yang
luar biasa kepada Nabi Muhammad berupa kitab suci Al-Qur’an. Al-Qur’an menjadi kitab yang paling sempurna karena bersifat universal sehingga bisa digunakan dalam era waktu kapan pun. Namun, untuk mengamalkannya, kita harus membaca dan memahami maksud dari isinya terlebih dahulu. Membaca dengan hati ikhlas akan memudahkan kita dalam memahaminya.

Orang yang Membaca Al-Qur’an Tapi Tak Melewati Kerongkongan


Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat muslim dalam menjalani hidup di jalan Allah. Oleh karena itu, sebagai umat muslim, kita harus membacanya dan mengamalkannya. Banyak pahala yang bisa kita dapatkan dengan membaca Al-Qur’an, tapi bagaimana jika membacanya dalam hati.

Rasulullah SAW pernah mengatakan jika nanti akan muncul suatu golongan orang yang membaca Al-Qur’an tapi tidak melalui kerongkongan. Apa maksudnya dan siapa mereka? Lantas apa hukum membaca Al-Qur’an dalam hati?

Sabda Rasulullah menjelaskan bahwa kelak akan keluat manusia dari Timur yang sedang membaca Al-Qur’an tapi tidak melalui kerongkongan mereka. Mereka akan keluar melesat dari agama seperti anak panah yang melesat dari busur panahnya. Dikatakan jika mereka tidak akan kembali padanya sampai anak panah itu kembali pada busurnya.

Dalam ayat tersebut terdapat kata Taraawi yang merupakan jama’ dari tarquwah yang berarti tulang di antara tengkuk dan leher atau dalam bahasa Indonesia disebut kerongkongan.

Ibnu Hajar menjelaskan maksud dari membaca Al-Qur’an tapi tidak melalui kerongkongan. Orang yang membaca dengan cara ini, maka tidak angkat pada Allah dan tidak akan ada nilainya di sisi Allah. Apabila kerongkongan saja tidak melaluinya, maka pasti ia tidak akan sampai ke hati. Inilah kesalahan dalam membaca Al-Quran yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang.

Kemudian, maksud dari arah Timur di dalam hadits itu adalah Irak. Hal ini dikarenakan Irak berada di sebelah timur Madinah.

Banyak hal yang membuat membaca Al-Qur’an tanpa melalui kerongkongan tidak diperbolehkan, yakni tilawahnya tidak akan sampai ke hati, tilawahnya tidak akan berpahala, tilawahnya tidak bernilai di sisi Allah, bahkan dapat menyebabkan kita keluar dari agama seperti halnya anak panah yang melesat dari busurnya.

Lantas siapa orang yang dimaksud hadits tersebut? Menurut Ibnu Hajar, secara khusus orang-orang itu adalah orang-orang khawarij, sedangan secara umum maksudnya adalah orang munafik. Inilah hukum membaca Al-Qur’an tanpa tahu artinya.

Orang khawarij artinya orang-orang yang meyakini bahwa ia dapat dibunuh dengan haq dan orang yang mengkafirkan Utsman bin Affah. Mereka juga mendukung Ali bin Abu Thalib sampai terjadinya tahkim di Shiffin. Mereka menolak tahkim dan setelah itu mengkafirkan Ali bin Abu Thalib.

Sementara orang-orang munafik adalah mereka yang tidak termasuk dalam orang beriman karena hanya lisannya yang mengucapkan keimanan sedangkan hatinya berdusta.

Betapa besarnya kerugian yang akan kita dapatkan jika membaca Al-Qur’an tanpa melalui kerongkongan. Apabila kita mengaku sebagai orang muslim, maka wajib bagi kita untuk membaca, memahami, dan mengamalkannya.

Bukankah Allah telah menyediakan banyak pahala bagi kita yang membaca ayat suci Al-Qur’an, terlebih jika kita mengamalkannya. Oleh karena itu, kenikmatan tersendiri bagi kita yang bisa membaca Al-Qur’an karena kita akan mendapatkan pahala yang melimpah. Lalu mengapa kita harus membacakannya tanpa menyuarakannya, bukanlah dengan menyuarakannya sudah dapat dikatakan jika kita menyebar kebaikan.



Sumber: kumpulanmisteri.com