Histats

Hidup Di Dunia Laksana Azan dan Iqomat




“Hidup kita didunia ini singkat Nak Mas, bahkan sangat singkat Nak Mas, hidup kita didunia ini tidak lebih dari ‘waktu adzan hingga menunggu waktu shalat tiba’…..” Kata Ki Bijak dalam suatu kesempatan.
“Waktu hidup kita didunia tidak lebih dari waktu adzan hingga menunggu waktu shalat tiba ki…?” Tanya Maula belum paham.

“Ya Nak Mas…, orang-orang tua kita dulu, dengan sangat cerdik menggambarkan singkatnya perjalanan seorang anak manusia didunia ini, dengan sebuah symbol, yaitu dengan mengadzani bayi ketika baru lahir…….” Kata Ki Bijak menghentikan penjelasannya sehingga membuat Maula penasaran.

“Lalu ki….?” Tanya Maula tidak sabar.

“Lalu ketika seseorang meninggal, maka ia akan dishalatkan, shalat jenazah namanya, Nak Mas perhatikan, ketika kita lahir, kita diadzani, kemudian ketika kita meninggal, kita dishalati, bukankah ini sebuah ‘nasehat’ yang sangat bagus untuk menggambarkan betapa singkatnya hidup ini, kehidupan kita didunia ini berkisar antara saat adzan dan waktu shalat tiba…….” Kata Ki Bijak melanjutkan.

“Subhanallah…., benar ki…., betapa singkatnya hidup ini…, waktu antara adzan dan waktu shalat itu tidak pernah lebih dari setengah jam ki…., paling-paling lima hingga sepuluh menitan…..” Kata Maula.

“Ya Nak Mas, waktu antara adzan hingga waktu shalat tiba hanya sekitar lima sampai sepuluh menitan, waktu yang sangat singkat……., pernah Nak Mas perhatikan apa yang dilakukan kebanyakan orang yang sedang menunggu datangnya waktu shalat setelah adzan berkumandang…?” Tanya Ki Bijak.

“Macam-macam ki…, ada yang melaksanakan shalat qobliyah, ada yang dzikir, tapi banyak pula yang bercanda, bersenda gurau, ledek-ledekan, bahkan ada yang tertawa-tawa dan ngobrol seperti dipasar……” Kata Maula.

“Apapun aktivitasnya, baik itu dia melaksanakan shalat sunnah, baik itu dia dzikir, baik itu dia bercanda, bersenda gurau,ledek-ledekan atau bahkan tertawa dan ngobrol, tapi saat shalat tiba, dia harus mengakhirinya setelah imam bertakbir….., Nak Mas tahu yang Aki maksud….?” Tanya Ki Bijak.

Maula diam sejenak, mencoba mencerna apa yang dimaksud gurunya, “Mungkin itu gambaran dalam kehidupan kita ya ki…., sejak kita dilahirkan, menjadi sesosok bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan kemudian menjadi tua, setiap orang melakukan berbagai aktivitas berbeda-beda dalam mengisi waktu hidupnya…,

“Ada yang menggunakan waktunya untuk mengabdi kepada Allah, beribadah, menunaikan rukun islam dengan baik dan benar, beramal shaleh dan lainnya….,

“Disisi lain, ada orang yang menggunakan masa hidupnya untuk berfoya-foya, bersenda gurau, bahkan tidak jarang yang menghabiskan waktu hidupnya untuk bermaksiat, baik itu bermaksiat kepada Allah, pun juga banyak orang yang menghabiskan masa hidupnya untuk bermaksiat kepada sesama manusia……., Bukan begitu ki…” Kata Maula.
Ki Bijak mengangguk, “Lalu Nak Mas…?” Tanya Ki Bijak kemudian.

“Lalu, terlepas dari apapun yang dilakukan oleh masing-masing manusia dalam mengisi kehidupannya, suatu saat nanti, saat dishalatkan itu akan tiba, saat kematian itu pasti datang kepada siapapun, dan ketika saat kematian itu datang, tidak ada lagi kesempatan untuk memperbaiki diri atau menyesal, karena itu sudah terlambat…” Kata Maula.

“Tepat Nak Mas…., saat kita dishalatkan itu pasti datang, terlepas dari bagaimana kita ‘menunggu’ dan menghabiskan waktu kita dari kita diadzani hingga waktu kita dishalatkan itu tiba….., maka merugilah mereka yang menghabiskan waktu antara adzan dan waktu dishalatkan itu dengan bercanda, dengan bersenda gurau, dengan main-main, karena waktu tidak akan menunggu, sekali ia datang, maka tidak akan ada sesuatu pun yang akan menghalanginya….”

“Sebaliknya, ‘beruntunglah’ mereka yang menunggu saat-saat waktu dishalatkan itu tiba dengan ibadah, dengan berdzikir, dengan beramal shaleh, dan berbuat kebajikan, insya Allah kelompok ini termasuk golongan orang-orang yang akan berbahagia setelah waktu dishalatkannya, karena mereka akan mendapatkan kelapangan dialam kuburnya, dan insya Allah diakhirat pun mereka akan beroleh kebahagiaan, sebagai balasan atas kebajikan yang mereka lakukan semenjak adzan dikumandangkan hingga waktu dishalatkan tiba…..” Kata Ki Bijak lagi.

“Adzan hingga waktu shalat………, waktu yang sangat sekali….” Kata Maula setengah berguman.

“Ya Nak Mas…., nanum diantara singkatnya waktu tersebut, sesungguhnya waktu antara adzan dan iqomah dan kemudian shalat, itu adalah waktu mustajab untuk kita bermunajat kepada Allah, sebagaimana hadits dari Anas Bin Malik bahwa Rasulullah Saw bersabda,” Do’a tidak akan ditolak antara adzan dan iqomat” ( Sunan Abu Daud kitab sholat 1/144 No. 521, Sunan At Tirmizi bab Jamiud Da’awat 13/87, Sunan Al Baih kitab Sholat 1/410 )……”Kata Ki Bijak lagi.

“Artinya apa ki…?” Tanya Maula.

“Aki tidak bermaksud mentafsirkan hadits ini kalau Aki mengatakan bahwa ini juga sebuah tamsil bahwa kehidupan dunia yang singkat ini dapat menjadi sesuatu yang sangat berharga bila kita pandai memanfaatkannya, dunia ini tempat kita berladang dan bercocok tanam ‘kebajikan’, yang jika kita pandai menjaga dan merawatnya, maka hasil panen kebajikan ini adalah sebuah bekal yang sangat berharga untuk kita hidup dialam keabadian nanti……,

“Mungkin masa hidup umat baginda Rasul ini tidak sepanjang umat-umat terdahulu, hanya berkisar antara 60 sampai 70 tahun saja, sangat singkat jika dibanding dengan umat Nabi Nuh yang mencapai 900 tahunan, tapi justru inilah yang membuat ‘perbedaan’ antara umat baginda Rasul dengan umat sebelumnya, bahwa dengan usia yang sangat singkat ini, umat Rasul diberi ‘fasilitas’ untuk memasuki surganya Allah terlebih dahulu…, dengan catatan itu tadi, fasilitas itu akan diberikan kepada mereka yang bisa menggunanakan waktu hidupnya dengan penuh kehati-hatian, penuh pengabdian kepada Allah swt dengan menjalankan semua perintahNya semampu yang kita bisa, dan meninggalkan laranganya dengan sungguh-sungguh dengan segenap kemampuan kita….., mulai dari kita diadzani, hingga kita dishalatkan…, insya Allah hidup yang singkat ini akan menjadi berharga bagi kehidupan kita sekarang, didunia, pun dan kehidupan kita diakhirta kelak…….” Kata Ki Bijak lagi.

Maula terdiam, merenungi singkatnya waktu antara adzan dan shalat, merenungi sudah berapa lama waktu yang ia habiskan semenjak ia lahir dan dikumandangkan adzan ditelinga kanannya……, sekarang entah berapa lama lagi waktu yang tersisa hingga waktu dishalatkan itu kan tiba….”

“Yaa Rabb……, berilah hamba kemampuan untuk dapat mensyukuri nikmat umur yang Engkau berikan ini, dengan semata mengabdi kepadaMu, dan ampuni jika ada waktu-waktu yang Engkau berikan, terbuang sia-sia karena kedhaian hamba…..” Maula bermunajat kepada Allah swt.

“Amiiin…….” Sambut Ki Bijak, membiarkan Maula tenggelam dalam dzikirnya.