ORANG yang merenungkan nas-nas al-Qur’an dan sunah yang menceritakan suasana hari kiamat akan mengetahui ketakutan dan bencana besar yang menimpa orang-orang kafir pendosa pada hari yang besar itu.
1. Allah SWT menjelaskan keadaan orang-orang kafir ketika keluar dari kubur, dengan firman-Nya, “(Yaitu) hari mereka keluar dari kubur dengan segera bagaikan berlari menuju patung (atau tujuan), dengan pandangan menunduk. Mereka ditimpa kehinaan. Itulah hari yang telah dijanjikan kepada mereka,” (QS. AL-Ma’arij: 43-44).
Teks ayat tersebut menggambarkan cepatnya orang-orang kafir keluar dari kubur pada hari itu menuju sumber suara, seakan-akan mereka berlari menuju berhala-berhala yang dahulu mereka sembah di dunia. Tetapi, pada hari ini, mereka tidak berangkat dengan gembira, suka ria dan sombong sebagaimana dulu ketika mereka menuju berhala, melainkan dengan terhina, dengan pandangan yang tertunduk.
2. Allah SWT berfirman, “Maka tinggalkanlah mereka. (Ingatlah) hari di mana penyeru menyerukan sesuatu yang tidak disukai. Orang-orang kafir itu keluar dari kubur dengan pandangan menunduk, bagaikan belalang yang berterbangan. Dengan cepat mereka datang ke arah penyeru. Orang-orang kafi itu berkata, ‘Ini hari yang sulit’,” (QS. al-Qmar: 6-8).
Ayat ini mengatakan apa yang dinyatakan ayat sebelumnya, yaitu keluarnya orang-orang kafir dalam keadaan menundukkan pandangan, hina, dan bersegera menuju sumber suara yang menyeru dan memanggil mereka. Selain itu, ayat ini juga memberikan penjelasan tambahan berupa gambaran hidup tentang situasi kebangkitan, yaitu keadaan mereka ketika bergerak dan keluar dengan cepat seperti keadaan belalang yang berterbangan. Ayat ini juga menginformasikan pengakuan orang-orang kafir pada hari itu akan sulitnya situasi mereka, “Orang-orang kafir itu berkata, ‘Ini hari yang sulit’.”
3. Nas ketiga ini memberitahukan bahwa orang-orang kafir, ketika sangkakala ditiup, meratapi kemalangan mereka seraya bertanya satu sama lain tentang siapa yang telah membangunkan mereka dari tidur mereka, “Dan sangkakala ditiup, lantas mereka keluar dari kubur menghadap Tuhan mereka. Mereka berkata, ‘Alangkah malangnya kami! Siapakah yang telah membangunkan kami dari tidur kami?’” (QS. al-Qamar: 8).
Abu Muhkam al-Jisri, sorang bijak, pernah didatangi saudara-saudara seimannya. Ketika ayat tersebut dibacakan, ia menangis kemudian berkata: “Kengerian di hari kiamat sungguh menghilangkan kesadaran akal. Demi Allah, jika orang-orang kafir benar-benar tidur seperti perkataan mereka, mereka sungguh tidak akan meratap begitu bangun. Mereka bukannya lepas dari situasi sulit atau masalah, melainkan mereka menghadapi bahaya besar: bencana kiamat, dan itu mereka lihat dengan mata kepala mereka sendiri.
Mereka sebelumnya telah lama tinggal di alam barzakh dalam keadaan sakit dan disiksa. Mereka bukanlah meratapi lepasnya mereka dari siksa kubur, tetapi meratapi beralihnya mereka ke malapetaka yang jauh lebih besar. Karena begitu dahsyatnya bencana kiamat, mereka menganggap kecil apa yang telah mereka alami di alam kubur sampai-sampai menyebutnya hanya tidur. Dalam al-Qur’an ada dalil yang menujukkan itu, “Apabila melapetaka yang amat (lebih) besar telah datang,” (QS. an-Nazi’at: 34).” Kemudian al-Jisri menangis lagi sampai jenggotnya basah.
4. Nas yang lain menginformasikan penampilan luar lainnya dari orang-orang kafir ketika bangkit, yaitu bahwa mata mereka, karena kengerian yang begitu besar, terbelalak melotot; jiwa mereka kosong dari apa pun selain kengerian yang mencekam itu. Allah SWT berfirman, “Dan janganlah engkau kira Allah itu lupa akan perbuatan orang-orang lalim! Allah hanya menangguhkan mereka sampai hari di mana mata terbelalak. Mereka menghadap dengan cepat, mengangkat kepala dengan mata tidak berkedip dan hati mereka hampa,” (QS. Ibrahim: 42-43).
Sayyid Quthb –semoga Allah merahmati dan melimpahinya pahala- dalam menafsirkan ayat ini, mengatakan: “Rasulullah SAW tidak mengira bahwa Allah lupa akan perbuatan orang-orang lalim. Tetapi, perkiraan atau persangkaan demikian muncul pada sebagian orang yang melihat orang-orang lalim hidup dalam kenikmatan; mereka mendengar ancaman Allah, tapi tidak melihat ancaman itu terwujud pada orang lalim itu di kehidupan dunia. Teks ini mengungkapkan bahwa penghukuman mereka ditunda sampai hari akhir, yang tidak ada lagi penundaan setelahnya dan tidak ada pembebasan darinya. Allah menyiksa mereka pada hari yang sulit, di mana mata terbelalak karena takut, tercengang, terperanjat, tercekam, tidak berkedip, dan tidak bergerak.”
Kemudian Allah menggambarkan keadaan kaum kafir itu di tengah-tengah kengerian mereka bergerak dengan cepat, tanpa mempedulikan dan memperhatikan apa pun. Mereka mengangkat kepala, bukan karena keinginan sendiri, melainkan karena terpaksa; mereka tidak mampu mengendalikan gerakan kepala mereka. Mata mereka manatap kengerian yang tampak dengan tidak berkedip. Saking takutnya sehingga hati mereka menjadi kosong, tidak menyimpan suatu memori pun yang dapat dikenang atau diingat. Itulah hari yang sampai hari itulah Allah menangguhkan (penghukuman) mereka. Hari itu mereka menderita ketakutan, yang mengacaukan pikiran mereka dan membuat mereka seperti burung kecil dalam cengkeraman elang yang menakutkan, sebagaimana tergambar dalam ayat ini:
“Allah hanya menangguhkan mereka sampai hari di mana mata terbelalak. Mereka bergerak dengan cepat, mengangkat kepala dengan mata tidak berkedip da hati mereka hampa,” (QS. Ibrahim: 42-43).
Pergerakan yang sangat cepat dalam kondisi terpaku dan terpaksa serta hati yang takut dan kosong dari segala kesadaran dan kecakapan, ditambah lagi dengan kengerian yang mebelalakkan mata.
5. Al-Qur’an menggambarkan rasa takut yang melanda jiwa orang-orang kafir di hari yang besar itu. Al-Qur’an mengatakan, “Dan peringatkanlah mereka akan hari yang dekat (azifah), di mana saat itu hati (jantung) menyesak ke tenggorokan karena menahan perasaan. Tidak ada seorang pun sahabat karib dan penolong yang diterima pertolongannya bagi orang-orang yang lalim,” (QS. Ghafir: 18).
Azifah, hari yang dekat dan segera datang, ialah hari kiamat. Kata itu menggambarkan seakan-akan kiamat itu mendekat. Karena itu, nafas menjadi susah dan terengah-engah, seakan-akan hati yang ditimpa kesusahan itu menghimpit tenggorokan. Mereka menahan nafas, rasa sakit, dan rasa takut. Menahan itu semua menyakitkan dan menyesakkan dada. Mereka tidak mendapati teman akrab yang menyayangi mereka dan tidak juga penolong yang kata-katanya dapat ditaati dalam keadaan yang sulit dan susah ini.
6. Karena mereka berdosa, congkak kepada Pencipta mereka, sombong terhadap hamba-hamba-Nya serta tidak mau taat kepada-Nya, maka mereka dihadapkan kepada Tuhan Pencipta mereka dalam keadaan diikat, memakai pakain ter, dan wajah yang diselubungi api. Betapa mengerikan keadaan mereka dan alangkah berat yang mereka alami. “Hari di mana bumi diganti dengan bumi lain dan langit (begitu) juga, dan mereka keluar menghadap Allah Yang Maha Esa dan Maha Perkasa. Pada hari itu kamu lihat orang-orang yang berdosa dikat bersama-sama dengan belenggu. Pakaian mereka terbuat dari ter dan wajah mereka diselubungi api,” (QS. Ibrahim: 48-50).
Ath-Thabari, dalam menafsirkan ayat ini, mengatakan, “Kamu lihat orang-orang yang kafir kepada Allah dan melakukan dosa syirik di dunia pada hari itu, yaitu hari dimana bumi diganti dengan bumi lain dan (begitu) juga langit. “Diikat dengan belenggu...” (QS. Ibrahim: 49) maksudnya adalah tangan dan kaki mereka diikat di leher mereka dengan belenggu, yaitu pengikat dari rantai besi.”
7. Pada hari itu matahari berada dekat dengan kepala para hamba sehingga jarak antara matahari dan mereka hanya satu mil. Seandainya mereka bukan makhluk yang tidak dapat mati lagi, mereka akan meleleh, mencair, berasap, dan mati, tetapi saat itu mereka tidak dapat mati.
Keringat mereka bercucuran ke tanah, kemudian menggenangi mereka sesuai dengan tingkatan mereka masing-masing. Dalam shahih Muslim diriwayatkan dari al-Miqdad ibn al-Aswad, yang mendengar Rasulullah s.a.w bersabda, “Pada hari kiamat, matahari berada dekat dengan makhluk, dengan jarak hanya satu mil.” (Salim ibn Amir mengatakan, “Demi Allah saya tidak tahu apa yang dimaksud dengan mil itu, apakah hitungan jarak atau alat pencelak mata.”) “Maka manusia berada dalam genangan keringat menurut kadar amal mereka. Di antara mereka ada yang keringatnya sampai mata kaki, ada yang sampai lutut, ada yang sampai pinggangnya dan ada yang terkekang oleh keringatnya”- Rasulullah s.a.w memberi isyarat dengan menunjuk ke mulut.”
Dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim diriwayatkan dari Ibn ‘Umar r.a dari Nabi s.a.w, “Pada hari manusia berdiri menghadap Tuhan alam semesta,” beliau bersabda, “Salah seorang di antara mereka berdiri dengan genangan keringat mencapai kedua telinganya.”
Dalam shahih al-Bukhari dan shahih Muslim diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwasanya Rasulullah s.a.w telah bersabda, “Pada hari kiamat manusia berkeringat sampai keringat mereka mengucur ke tanah seluas tujuh puluh hasta dan merendam mereka hingga mencapai telinga.”
8. Tatkala orang-orang kafir melihat siksaan dan kehinaan yang diperuntukkan bagi mereka, mereka dilanda penyesalan. Karena besarnya penyesalan akan azab itu, Allah menamai hari itu dengan “Hari Penyesalan.” “Dan peringatkanlah mereka akan ‘Hari Penyesalan,’ di mana segala persoalan diputuskan, sedang mereka dalam kelalaian dan mereka tidak beriman,” (QS. Maryam: 39).
Karena begitu besarnya penyesalan orang kafir atas pembangkangannya terhadap rasul yang diutus kepadanya atas perbuatannya mengikuti musuh-musuh para rasul, ia menggigit tangannya. “Dan pada hari di mana orang lalim menggigit tangannya seraya berkata, ‘Oh, andai saja aku dahulu mengikuti jalan bersama rasul. Alangkah malangnya aku, andai saja aku dahulu tidak menjadikan si anu teman akrabku. Ia telah menyesatkanku dari peringatan setelah peringatan itu datang kepadaku.’ Dan setan itu bukan penolong manusia,” (QS. al-Furqon: 27-29).
9. Pada hari itu orang-orang kafir yakin bahwa dosa mereka tidak terampuni dan permintaan maaf mereka tidak diterima, sehingga mereka putus asa akan rahmat Allah. “Pada hari kiamat, orang-orang yang berdosa berputus asa,” (QS. ar-Rum: 12).
10. Orang-orang kafir pada hari itu berangan-angan agar Allah membinasakan mereka dan menjadikan mereka tanah. “Pada hari itu orang-orang kafir dan durhaka kepada Rasul berkeinginan agar mereka disamaratakan dengan tanah,” (QS. an-Nisa: 42). “Orang kafir berkata, ‘Andai saja aku jadi tanah’,” (QS. an-Naba: 40). Bagaimana menurutmu keadaan orang yang berangan-angan sampai sedemikian jauh?! [Disadur dari: Ensiklopedia Kiamat/ Karya: Dr. Umar Sulayman al-Asykar/Penerbit: Serambi]
Sumber: islampos