Khalifah Umar bin Khathab melihat ada seorang laki-laki yang berjalan sempoyongan akibat mabuk minuman keras. Beliau akan menangkap sendiri lelaki mabuk itu, kemudian akan dijatuhi hukuman.
Pemabuk itu malah mencaci maki khalifah dengan perkataan yang memancing emosi. Khalifah akhirnya pulang ke rumah dan mengurungkan niat untuk menangkap dan menghukum lelaki pemabuk itu.
Orang-orang yang menyaksikan kejadian ini heran penuh penasaran. Ada salah seorang yang menanyakan kepada Khalifah Umar,
“Wahai Amirul Mukminin, saat orang itu memakimu engkau justru membiarkannya.”
“Karena dia membuatku emosi. Jika aku menghukumnya, tindakanku itu adalah luapan emosiku. Aku tidak ingin memukul seorang muslim karena memuaskan panas hatiku.”
* * *
Saat Shahabat Salman Al Farisi dicaci maki orang, beliau berkata,
“Jika bobot timbangan amalku ringan, aku lebih buruk dari yang dia katakan. Tetapi jika bobot timbangan amalku berat, apa yang dia katakan sama sekali tidak berpengaruh padaku.”
* * *
Pada saat Imam Asy Syi'bi dijelek-jelekkan orang lain, beliau berkata kepadanya,
“Jika kamu benar, semoga Allah mengampuniku. Jika kamu dusta semoga Allah mengampunimu.”
* * *
Seorang laki-laki berkata kepada Imam Malik bin Dinar,
“Aku mendengar kabar kamu telah berkata buruk tentangku.”
Imam Malik bin Dinar menjawab,
“Jika itu benar, justru kamu lebih mulia dibandingkan diriku. Karena jika aku berani berkata buruk tentangmu aku telah menghadiahkan pahala kebaikanku padamu.”
* * *
Itulah jawaban orang-orang yang orientasi hidupnya senantiasa dikembalikan pada kehidupan akherat. Sangat tulus suci, bersih dari kotoran hati. (Dikutip dari Ihya' Ulumiddin)
Subhanallah...
Semoga yang mengucapkan Aamiin di kolom komentar bisa meniru akhlak para ulama salaf, dan di akhirat bisa berkumpul di surga firdaus. Aamiin