Terkait dengan problem penyakit sosial yang dapat meretakkan keluarga
seperti datang ke prostitusi alias perceraian, maka belum lama ini berdiri suatu organisasi di Malaysia yang namanya Klub Istri Taat Suami (Obedient Wives Club/ OWC). Pendirian klub ini juga memicu berdirinya Ikatan Istri Taat Suami di Indonesia. Tetapi ide ini nyatanya memicu persengketaan, terutama mengenaian dari pihak yang merasa terlecehkan dengan klub dan ikatan ini.
Di Malaysia telah diluncurkan Klub Istri Taat Suami (Obedient Wives Club/ OWC). OWC Malaysia resmi diluncurkan Sabtu (4/ 6/ 2011). Adapun di Indonesia klub serupa dengan nama Ikatan Istri Taat Suami juga beritanya menyusul. Klub ini yakin dapat “mengobati” penyakit-penyakit sosial seperti prostitusi dan perceraian dengan tutorial mengajarkan ketaatan terhadap suami dan membikin mereka tersanjung di atas ranjang.
Salah satu yang didapat anak buah klub ini merupakan pelajaran seks. Tujuannya untuk menolong para istri dapat “melayani suami-suami mereka lebih dari pekerja seks komersial (PSK) kelas satu,” kata Wakil Presiden OWC Dr. Rohaya Mohammad. Baranghari ini yang kemudian memicu persengketaan. Ketika ada statemen bahwa para istri tak boleh sekadar terampil memasak dan menjadi bunda yang baik. Istri seharusnya “mematuhi, melayani, dan menyenangkan” suami supaya tak “mengembara” alias nakal.
Dengan kata lain, “istri yang tak patuh menyebabkan dunia gonjang-ganjing” sebab suami tak tersanjung di rumah dan pikiran dan jiwa mereka terganggu. Di Indonesia klub ini kemudian menginspirasi perkumpulan sejenis. Penggagasnya merupakan doktor aeronautika (teknologi antariksa luar), Dr. Gina Puspita, PhD., yang menggagas pembentukan Ikatan Istri Taat Suami (IITS) di Indonesia. IITS semata-mata untuk mengundang umat Islam mengamalkan aliran Islam dengan cara lengkap.
Bagaimana dengan bentuk klub-klub seperti ini? Sebetulnya boleh saja, sebab kontennya baik. dalam IITS, para Istri ataupun calon istri yang bergabung di IITS bakal diberi panduan konseling bagaimana tutorial membangun suatu rumah tangga dengan tutorial Islami. Menurut Gina, penggagas yang di Indonesia, klubnya tak hanya mengajarkan peran istri yang harus taat terhadap suami, melainkan juga sikap dan tanggung jawab suami terhadap istri. Dalam Islam, peran istri sangat penting. Bahkan Islam mengajarkan bahwa istri taat terhadap suami merupakan tahap dari ketaatan terhadap Allah. Klub ini meyakini rahasia pernikahan tersanjung merupakan istri menaati suami dan memberi kepuasan seksual kepadanya.
Untuk itu terbukti tujuan pendiriannya baik-baik saja. Sebagaimana kami mendirikan klub-klub lain yang baik-baik. Hanya terbukti dalam statemen-statemennya tetap tak lebih cocok. Seperti klub yang di Malaysia menekankan terhadap anggotanya untuk taat terhadap suami dengan bersikap bagaikan pelacur di ranjang. Sehingga suami terasa betah dirumah dengan kreativitas yang diperbuat istri untuk suaminya. Statemen ini jelas salah. Sebab sangat jauh tak sama wanita sholihah dengan pelacur.
Pelacur melayani apa saja tanpa batasan syariat, dapat sehingga mereka meperbuat oral seks alias anal seks sesuai keinginan pelanggan. Sementara istri sholihah tak demikian. Untuk itu terbukti istilah ini harus dijauhkan. Lebih baik memakai kata melayani suami bagaikan bidadari. Sebab dalam faktor ini, bidadari terbukti diciptakan untuk membahagiakan laki-laki yang shalih yang masuk surga, dan khusus dalam soal seksualitas.
Hukum taat terhadap suami harus, dalam rangka ketaatan terhadap Allah SWT dapat dilihat di al-Qur`an Surat An-Nisaa: 34. Sebetulnya sejak lama telah ada klub-klub sejenis yang didirikan oleh kaum laki-laki. Seperti PSSI: Persatuan suami sayang istri; ISSI: Ikatan suami sayang istri; GAS: Gerakan anti selingkuh; ISTI: Ikatan suami takut istri. Tetapi sebab Klub Istri taat suami telah mengusik kepentingan kaum feminis, maka kemudian mereka pun marah. Sebab ini merupakan bentuk ketidaksetaraan bagi para feminis. Hukum ketaatan merupakan hukum yang dimengenai. Kaum feminis tak menerima ketaatan ini.
Tetapi sebaiknya, bila suami takut istri, maka ini bakal membikin wanita superior, maka tak persoalan. Demikian juga dengan klub-klub yang lain. Husein Muhammad, Komisioner Komnas Perempuan 2007-2010 dan 2010-2014 yang juga penulis buku Islam Agama Ramah Perempuan berkata, gagasan Dr. Gina terus mengokohkan stereotip perempuan sebagai “pelayan”. Perempuan dimanfaatkan sebagai makhluk domestik. Gagasan tersebut meneguhkan kembali konsep domestikasi perempuan. Konsep ini berakar pada asumsi bahwa perempuan merupakan makhluk Tuhan yang lemah dan rendah dengan cara intelektual. Sementara laki-laki diposisikan sebagai makhluk publik, sebab asumsi akal mereka lebih unggul.
Apa yang diperbuat oleh kaum feminis tak sempat menyelesaikan persoalan. Sebab bagi mereka mesikipun pelacuran bersifat mendiskreditkan perempuan, tetapi seks leluasa merupakan hak. Ini tak bakal menyelesaikan persoalan penyakit sosial. Islam memberbagi jalan keluar. Yakni kesadaran, sebagai hamba Allah yang mulia, kemudian perlindungan negara alias sistem supaya aturan berlangsung baik. Selanjutnya masyarakat mengawal dalam manfaatnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Tetapi semua ini terbukti berawal dari aturan yang baik.
Aturan yang sanggup menyelesaikan persoalan. Dan syariat Islam sebetulnya telah memberbagi jalan keluarnya.
seperti datang ke prostitusi alias perceraian, maka belum lama ini berdiri suatu organisasi di Malaysia yang namanya Klub Istri Taat Suami (Obedient Wives Club/ OWC). Pendirian klub ini juga memicu berdirinya Ikatan Istri Taat Suami di Indonesia. Tetapi ide ini nyatanya memicu persengketaan, terutama mengenaian dari pihak yang merasa terlecehkan dengan klub dan ikatan ini.
Baca Juga : Inilah 6 Sifat yang Harus Dihindari Wanita
Di Malaysia telah diluncurkan Klub Istri Taat Suami (Obedient Wives Club/ OWC). OWC Malaysia resmi diluncurkan Sabtu (4/ 6/ 2011). Adapun di Indonesia klub serupa dengan nama Ikatan Istri Taat Suami juga beritanya menyusul. Klub ini yakin dapat “mengobati” penyakit-penyakit sosial seperti prostitusi dan perceraian dengan tutorial mengajarkan ketaatan terhadap suami dan membikin mereka tersanjung di atas ranjang.
Salah satu yang didapat anak buah klub ini merupakan pelajaran seks. Tujuannya untuk menolong para istri dapat “melayani suami-suami mereka lebih dari pekerja seks komersial (PSK) kelas satu,” kata Wakil Presiden OWC Dr. Rohaya Mohammad. Baranghari ini yang kemudian memicu persengketaan. Ketika ada statemen bahwa para istri tak boleh sekadar terampil memasak dan menjadi bunda yang baik. Istri seharusnya “mematuhi, melayani, dan menyenangkan” suami supaya tak “mengembara” alias nakal.
Dengan kata lain, “istri yang tak patuh menyebabkan dunia gonjang-ganjing” sebab suami tak tersanjung di rumah dan pikiran dan jiwa mereka terganggu. Di Indonesia klub ini kemudian menginspirasi perkumpulan sejenis. Penggagasnya merupakan doktor aeronautika (teknologi antariksa luar), Dr. Gina Puspita, PhD., yang menggagas pembentukan Ikatan Istri Taat Suami (IITS) di Indonesia. IITS semata-mata untuk mengundang umat Islam mengamalkan aliran Islam dengan cara lengkap.
Bagaimana dengan bentuk klub-klub seperti ini? Sebetulnya boleh saja, sebab kontennya baik. dalam IITS, para Istri ataupun calon istri yang bergabung di IITS bakal diberi panduan konseling bagaimana tutorial membangun suatu rumah tangga dengan tutorial Islami. Menurut Gina, penggagas yang di Indonesia, klubnya tak hanya mengajarkan peran istri yang harus taat terhadap suami, melainkan juga sikap dan tanggung jawab suami terhadap istri. Dalam Islam, peran istri sangat penting. Bahkan Islam mengajarkan bahwa istri taat terhadap suami merupakan tahap dari ketaatan terhadap Allah. Klub ini meyakini rahasia pernikahan tersanjung merupakan istri menaati suami dan memberi kepuasan seksual kepadanya.
Untuk itu terbukti tujuan pendiriannya baik-baik saja. Sebagaimana kami mendirikan klub-klub lain yang baik-baik. Hanya terbukti dalam statemen-statemennya tetap tak lebih cocok. Seperti klub yang di Malaysia menekankan terhadap anggotanya untuk taat terhadap suami dengan bersikap bagaikan pelacur di ranjang. Sehingga suami terasa betah dirumah dengan kreativitas yang diperbuat istri untuk suaminya. Statemen ini jelas salah. Sebab sangat jauh tak sama wanita sholihah dengan pelacur.
Pelacur melayani apa saja tanpa batasan syariat, dapat sehingga mereka meperbuat oral seks alias anal seks sesuai keinginan pelanggan. Sementara istri sholihah tak demikian. Untuk itu terbukti istilah ini harus dijauhkan. Lebih baik memakai kata melayani suami bagaikan bidadari. Sebab dalam faktor ini, bidadari terbukti diciptakan untuk membahagiakan laki-laki yang shalih yang masuk surga, dan khusus dalam soal seksualitas.
Hukum taat terhadap suami harus, dalam rangka ketaatan terhadap Allah SWT dapat dilihat di al-Qur`an Surat An-Nisaa: 34. Sebetulnya sejak lama telah ada klub-klub sejenis yang didirikan oleh kaum laki-laki. Seperti PSSI: Persatuan suami sayang istri; ISSI: Ikatan suami sayang istri; GAS: Gerakan anti selingkuh; ISTI: Ikatan suami takut istri. Tetapi sebab Klub Istri taat suami telah mengusik kepentingan kaum feminis, maka kemudian mereka pun marah. Sebab ini merupakan bentuk ketidaksetaraan bagi para feminis. Hukum ketaatan merupakan hukum yang dimengenai. Kaum feminis tak menerima ketaatan ini.
Tetapi sebaiknya, bila suami takut istri, maka ini bakal membikin wanita superior, maka tak persoalan. Demikian juga dengan klub-klub yang lain. Husein Muhammad, Komisioner Komnas Perempuan 2007-2010 dan 2010-2014 yang juga penulis buku Islam Agama Ramah Perempuan berkata, gagasan Dr. Gina terus mengokohkan stereotip perempuan sebagai “pelayan”. Perempuan dimanfaatkan sebagai makhluk domestik. Gagasan tersebut meneguhkan kembali konsep domestikasi perempuan. Konsep ini berakar pada asumsi bahwa perempuan merupakan makhluk Tuhan yang lemah dan rendah dengan cara intelektual. Sementara laki-laki diposisikan sebagai makhluk publik, sebab asumsi akal mereka lebih unggul.
Baca Juga : Inilah Shalat Wanita Muslimah Yang Tidak Diterima
Apa yang diperbuat oleh kaum feminis tak sempat menyelesaikan persoalan. Sebab bagi mereka mesikipun pelacuran bersifat mendiskreditkan perempuan, tetapi seks leluasa merupakan hak. Ini tak bakal menyelesaikan persoalan penyakit sosial. Islam memberbagi jalan keluar. Yakni kesadaran, sebagai hamba Allah yang mulia, kemudian perlindungan negara alias sistem supaya aturan berlangsung baik. Selanjutnya masyarakat mengawal dalam manfaatnya sebagai amar ma’ruf nahi munkar. Tetapi semua ini terbukti berawal dari aturan yang baik.
Aturan yang sanggup menyelesaikan persoalan. Dan syariat Islam sebetulnya telah memberbagi jalan keluarnya.