Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang tidak pernah
luput dari perbuatan dosa. Banyak diantara mereka yang melakukan dosa tersebut secara sengaja ataupun tidak.
Namun anehnya, meskipun sama-sama sering berbuat dosa ada saja manusia yang mengejek manusia lainnya karena melakukan perbuatan dosa. Mereka menganggap bahwa oranglain lebih buruk dibanding dirinya karena telah melakukan dosa tersebut.
Orang yang demikian ini selalu beranggapan bahwa dirinya jauh lebih baik sehingga meremehkan orang lain. Lalu bagaimanakah hukum Islam terkait manusia yang mengejek orang lain yang berbuat dosa? Berikut informasi selengkapnya.
Dalam Islam mengejek orang yang berbuat dosa itu hukumnya adalah tidak diperbolehkan dan justru akan mengakibatkan orang yang melakukan perbuatan tersebut akan mendapatkan dosa.
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi)
Sebagai manusia, seharusnya kita tidak boleh merasa diri bisa selamat dari dosa sehingga meremehkan orang lain yang berbuat dosa. Maksud meremehkan di sini adalah ia menyombongkan diri karena tidak melakukan dosa yang demikian.
Padahal sebenarnya, jika kita menjelek-jelekkan perbuatan maksiat yang dilakukan orang lain, maka perbuatan tersebut akan dipastikan dapat kita lakukan di kemudian hari. Hal ni sesuai dengan sebuah hadist yang artinya:
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Seharusnya, sebagai kaum yang beriman kita semestinya mengingkari kemungkaran. Namun, banyak orang yang salah mengartikan makna tersebut. Mengingkari kemungkaran seharusnya dilakukan karena Allah Ta’ala, Ikhlas karena Allah dan bukan karena kesombongan.
Lain halnya dengan mengejek orang yang berbuat dosa. Ketika seseorang menjelek-jelekkan perbuatan dosa orang lain, maka di dalam perbuatan itu terkandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa dirinya lebih bersih dari dosa.
Untuk itu, ada baiknya sebagai umat Islam kita harus bisa membedakan antara menasehati dengan menjelek-jelekkan. Menasehati itu berarti ingin orang lain menjadi lebih baik, namun jika menjelek-jelekkan itu terdapat unsur kesombongan dan merasa diri lebih baik dibandingkan orang lain.
Demikianlah ulasan mengenai hukum mengejek orang yang berbuat dosa. Untuk itu, janganlah menjadi orang yang sombong dan mengejek perbuatan dosa oranglain. Sebab perbuatan yang demikian akan membuat kita terjerumus pada dosa yang dilakukan oleh orang yang kita ejek tersebut.
Sumber : infoyunik
luput dari perbuatan dosa. Banyak diantara mereka yang melakukan dosa tersebut secara sengaja ataupun tidak.
Baca Juga : Seperti Inilah Manusia Yang Paling Buruk Disisi Allah?
Namun anehnya, meskipun sama-sama sering berbuat dosa ada saja manusia yang mengejek manusia lainnya karena melakukan perbuatan dosa. Mereka menganggap bahwa oranglain lebih buruk dibanding dirinya karena telah melakukan dosa tersebut.
Orang yang demikian ini selalu beranggapan bahwa dirinya jauh lebih baik sehingga meremehkan orang lain. Lalu bagaimanakah hukum Islam terkait manusia yang mengejek orang lain yang berbuat dosa? Berikut informasi selengkapnya.
Dalam Islam mengejek orang yang berbuat dosa itu hukumnya adalah tidak diperbolehkan dan justru akan mengakibatkan orang yang melakukan perbuatan tersebut akan mendapatkan dosa.
Dari Mu’adz bin Jabal, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang menjelek-jelekkan saudaranya karena suatu dosa, maka ia tidak akan mati kecuali mengamalkan dosa tersebut.” (HR. Tirmidzi)
Sebagai manusia, seharusnya kita tidak boleh merasa diri bisa selamat dari dosa sehingga meremehkan orang lain yang berbuat dosa. Maksud meremehkan di sini adalah ia menyombongkan diri karena tidak melakukan dosa yang demikian.
Padahal sebenarnya, jika kita menjelek-jelekkan perbuatan maksiat yang dilakukan orang lain, maka perbuatan tersebut akan dipastikan dapat kita lakukan di kemudian hari. Hal ni sesuai dengan sebuah hadist yang artinya:
“Setiap maksiat yang dijelek-jelekkan pada saudaramu, maka itu akan kembali padamu. Maksudnya, engkau bisa dipastikan melakukan dosa tersebut.” (Madarijus Salikin, 1: 176)
Seharusnya, sebagai kaum yang beriman kita semestinya mengingkari kemungkaran. Namun, banyak orang yang salah mengartikan makna tersebut. Mengingkari kemungkaran seharusnya dilakukan karena Allah Ta’ala, Ikhlas karena Allah dan bukan karena kesombongan.
Lain halnya dengan mengejek orang yang berbuat dosa. Ketika seseorang menjelek-jelekkan perbuatan dosa orang lain, maka di dalam perbuatan itu terkandung kesombongan (meremehkan orang lain) dan merasa dirinya lebih bersih dari dosa.
Baca Juga : Adab Bersalaman dengan Lawan Jenis
Untuk itu, ada baiknya sebagai umat Islam kita harus bisa membedakan antara menasehati dengan menjelek-jelekkan. Menasehati itu berarti ingin orang lain menjadi lebih baik, namun jika menjelek-jelekkan itu terdapat unsur kesombongan dan merasa diri lebih baik dibandingkan orang lain.
Demikianlah ulasan mengenai hukum mengejek orang yang berbuat dosa. Untuk itu, janganlah menjadi orang yang sombong dan mengejek perbuatan dosa oranglain. Sebab perbuatan yang demikian akan membuat kita terjerumus pada dosa yang dilakukan oleh orang yang kita ejek tersebut.
Sumber : infoyunik