DENGARKAN UCAPAN SUAMI DAN KERJAKAN
PERINTAHNYA
Saat suaminya bicara, wanita shalihah tak berani mengangkat nada atau wajahnya. Menunduk dengan hormat, mendengar setiap bulir kata yang terucap, lalu mengerjakan perintah-perintah yang tidak bertentangan dengan perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Jika ada yang kurang tepat, mereka memberikan nasihat dengan meminta izin terlebih dahulu. Mereka berlaku hati-hati dan benar-benar menjaga agar suaminya ridha, tidak tersinggung, dan senantiasa tumbuh kepercayaannya sebagai seorang pemimpin keluarga.
BILA BERDUA DENGAN SUAMI
Dalam ciri kesembilan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam memberikan dua kriteria terkait wnaita terbaik. Dua kriteria ini sudah didahului dengan kriteria sebelumnya, bersolek di depan suaminya dengan dandanan yang penuh pesonan dan membangkitkan keinginan.
“Ia,” sabda Rasulullah menyebutkan kriteria pertama saat seorang istri tengah berdua dengan suaminya, “pasrahkan dirinya pada kehendak suaminya.”
Pasrah diartikan dengan mengikuti kemauan suaminya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Alhasil, suami merasa ridha karena diberi hak untuk menentukan tempo, mencoba variasi baru, atau apa pun yang dia maui.
Pasrah juga bermakna siap melayani, kapan dan dalam keadaan apa pun. Mereka mamahami sabda Nabi tentang keharusan menuruti, meski sedang dalam perjalanan atau memasak di dapur. Saat suaminya mau, dia bergegas, membersihkan diri, mempersiapkan yang dibutuhkan, berdoa dengan khusyuk, dan melakukannya dengan sepenuh hati dan setulus cinta, tanpa banyak beralasan sebagai penutup kemalasannya.
Pasrah dalam hadits ini bukan bermakna pasif. Sebab dalam kelanjutan sabdanya, Rasulullah bertutur, “Serta tidak berlaku dingin kepada suaminya seperti sikap dinginnya laki-laki.”
Ialah aktif, membantu suaminya menemukan yang terbaik dan yang didambakan. Mereka rajin mencari ilmu melalui literatur, bertanya langsung kepada suami, dan menanggalkan malunya. Dengan demikian, suami akan merasakan ridha dengan layanan yang diberikan oleh istrinya dan berupaya sebaik mungkin untuk memberikan yang lebih baik sebagai balasannya.
Dengan sikap ini pula, sang suami menemukan apa yang dia cari, terobati dari penyakit pandangan yang mengganggu syahwatnya saat di luar, dan semakin merasakan cinta dan sayang dari istrinya. Cinta dan ridha ini merupakan rasa yang tidak didapatkan di luar sana, pun pada diri wanita yang terlihat lebih cantik, lebih baik, lebih kaya, dan sebagainya.
Maka perhatikanlah sembilan kriteria ini, wahai para laki-laki. Cari tahu tentang istrimu dengan bertanya kepada walinya dan memohon petunjuk kepada Allah Ta’ala.
Penting menjadi catatan, istri shalihah tergantung bagaimana suaminya. Jika Anda bisa memoles dan mendidiknya, sembilan kriteria ini sangat bisa dibentuk setelah menikah, jika Anda sungguh-sungguh memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala. Tapi ingat, jalannya akan berliku.
Wallahu a’lam
Sumber : keluargacinta.com
PERINTAHNYA
Saat suaminya bicara, wanita shalihah tak berani mengangkat nada atau wajahnya. Menunduk dengan hormat, mendengar setiap bulir kata yang terucap, lalu mengerjakan perintah-perintah yang tidak bertentangan dengan perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam.
Jika ada yang kurang tepat, mereka memberikan nasihat dengan meminta izin terlebih dahulu. Mereka berlaku hati-hati dan benar-benar menjaga agar suaminya ridha, tidak tersinggung, dan senantiasa tumbuh kepercayaannya sebagai seorang pemimpin keluarga.
BILA BERDUA DENGAN SUAMI
Dalam ciri kesembilan ini, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam memberikan dua kriteria terkait wnaita terbaik. Dua kriteria ini sudah didahului dengan kriteria sebelumnya, bersolek di depan suaminya dengan dandanan yang penuh pesonan dan membangkitkan keinginan.
“Ia,” sabda Rasulullah menyebutkan kriteria pertama saat seorang istri tengah berdua dengan suaminya, “pasrahkan dirinya pada kehendak suaminya.”
Pasrah diartikan dengan mengikuti kemauan suaminya, selama tidak bertentangan dengan syariat. Alhasil, suami merasa ridha karena diberi hak untuk menentukan tempo, mencoba variasi baru, atau apa pun yang dia maui.
Pasrah juga bermakna siap melayani, kapan dan dalam keadaan apa pun. Mereka mamahami sabda Nabi tentang keharusan menuruti, meski sedang dalam perjalanan atau memasak di dapur. Saat suaminya mau, dia bergegas, membersihkan diri, mempersiapkan yang dibutuhkan, berdoa dengan khusyuk, dan melakukannya dengan sepenuh hati dan setulus cinta, tanpa banyak beralasan sebagai penutup kemalasannya.
Pasrah dalam hadits ini bukan bermakna pasif. Sebab dalam kelanjutan sabdanya, Rasulullah bertutur, “Serta tidak berlaku dingin kepada suaminya seperti sikap dinginnya laki-laki.”
Ialah aktif, membantu suaminya menemukan yang terbaik dan yang didambakan. Mereka rajin mencari ilmu melalui literatur, bertanya langsung kepada suami, dan menanggalkan malunya. Dengan demikian, suami akan merasakan ridha dengan layanan yang diberikan oleh istrinya dan berupaya sebaik mungkin untuk memberikan yang lebih baik sebagai balasannya.
Dengan sikap ini pula, sang suami menemukan apa yang dia cari, terobati dari penyakit pandangan yang mengganggu syahwatnya saat di luar, dan semakin merasakan cinta dan sayang dari istrinya. Cinta dan ridha ini merupakan rasa yang tidak didapatkan di luar sana, pun pada diri wanita yang terlihat lebih cantik, lebih baik, lebih kaya, dan sebagainya.
Maka perhatikanlah sembilan kriteria ini, wahai para laki-laki. Cari tahu tentang istrimu dengan bertanya kepada walinya dan memohon petunjuk kepada Allah Ta’ala.
Penting menjadi catatan, istri shalihah tergantung bagaimana suaminya. Jika Anda bisa memoles dan mendidiknya, sembilan kriteria ini sangat bisa dibentuk setelah menikah, jika Anda sungguh-sungguh memohon pertolongan kepada Allah Ta’ala. Tapi ingat, jalannya akan berliku.
Wallahu a’lam
Sumber : keluargacinta.com