Histats

Tiga Hal yang Diberikan Kepada Rasulullah di Sidratul Muntaha

Seperti yang kita tahu, bahwa Rasulullah adalah manusia yang
paling mulia karena memiliki pikiran, perasaan, dan perbuatan yang sangat mulia, baik kepada Allah ataupun sesama makhluk hidup lainnya. Dalam Islam kita mengenal hari Isra Mi’raj. Namun, apa makna dari peringatan hari itu, masih banyak orang yang belum mengetahuinya. Isra mi'raj dalam Al-Qur’an adalah perjalanan pada malam hari Rasululllah yang ditemani oleh malaikat Jibril dari Masjidil Haram, Makkah menuju Masjidil Aqsha, Palestina dan berlanjut naik ke langit ketujuh, yakni Sidratul Muntaha dan Mustawa.

Tiga Hal yang Diberikan Kepada Rasulullah di Sidratul Muntaha


Ketika peristiwa besar itu, terjadi pembelahan di dalam kaum Quraish. Mereka terbelah menjadi dua kelompok, yakni kelompok Abu Bakar dan Abu Lahab. Kelompok Abu Bakar ialah orang-orang yang mempercayai apa yang dikatakan oleh Nabi tanpa tapi. Sedangkan, kelompok Abu Lahab dipenuhi dengan orang yang dengan lantang mengatakan bahwa Nabi adalah orang yang telah hilang akal.

Pada saat peristiwa ini, Allah memberikan tiga hal kepada Rasululllah. Sejarah singkat Isra Mi'raj ini terjadi di langit ketujuh dan terjadi dua urusan penting, yakni berakhir dan bertahan apa yang dibawa turun dari atasnya serta berakhir dan ditahan apa yang dibawa naik dari bumi.

Berikut ini adalah ketiga hal yang dibeberkan oleh Allah pada Nabi:

1. Ayat penutup al-Baqarah
Allah menurunkan dua ayat ini hanya pada Nabi sehingga ketika seseorang membacakan ayat tersebut selama tiga hari berturut-turut, maka setan yang ada di dalam rumah akan pergi. Dua ayat ini juga bisa mencukupi pada malam hari.

Pada ayat 286, ketika seseorang membaca ayat tersebut maka Allah akan menjawabnya dengan mengatakan “ya”. Inilah hikmah Isra Mi'raj.

2. Shalat lima waktu
Shalat adalah tiang agama yang menopong diri kita agar tidak mudah roboh. Mulanya, Allah memberikan kewajiban shalat lima puluh waktu dalam sehari, namun atas kemurahan-Nya, shalat tersebut kemudian dikurangi hingga menjadi lima waktu saja yang setara dengan shalat lima puluh waktu.

Shalat merupakan ibadah yang paling utama karena merupakan penentu bagi kita masuk atau tidak ke dalam surga. Apabila seseorang melaksanakan shalat dengan ikhlas dan baik maka bisa dipastikan bawa setiap perbuatannya juga akan ikut baik. Sedangkan, jika seseorang memiliki perilaku baik, maka belum tentu shalatnya juga baik dan benar. Barang siapa yang meninggalkan shalat dengan sengaja, maka secara otomastis mereka sudah menjadi orang kafir sehingga tidak akan selamat di akhirat kelak.

3. Ampunan bagi yang tidak syirik
Allah adalah satu-satuya dzat yang berhak untuk disembah jadi tidak ada sekutu bagi-Nya. Dia lah yang mengatur segala urusan di dunia ini serta Dia tidak beranak ataupun diperanakkan. Semua agama yang telah Dia turunkan mengajarkan ketauhidan untuk menyembah hanya kepada Allah. Oleh karena itu, orang yang menyekutukan Allah akan mendapatkan balasan yang amat pedih di akhirat nanti. Sedangkan untuk orang yang menyembah Allah tetapi ia melakukan suatu kesalahan dan kemudian meminta ampunan karena telah melakukan hal itu, maka Allah masih bisa mengampuni dosa kita asal mau melakukan taubatan nasuha.
'
Sumber: Kumpulanmisteri.com