Tausiah Islam - Seorang pemuda yang sedang lapar berangkat menuju
restoran jalanan serta iapun menyantap makanan yang telah dipesan.\
Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue terhadap pemuda tersebut, "Pak mau beli kue, Pak?" Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab "Tidak, saya sedang makan".
Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue seusai pemuda itu berakhir makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dek saya telah kenyang".
Setelah pemuda itu membayar ke kasir serta beranjak berangkat dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tak menyerah dengan usahanya yang telah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda.
Mungkin anak kecil ini berpikir "Saya coba lagi tawarkan kue ini terhadap bapak itu, barangkali kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah".
Ini merupakan suatu usaha yang gigih menolong ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini.
Saat pemuda tadi beranjak berangkat dari warung tersebut anak kecil penjaja kue memperkenalkan ketiga kali kue dagangan. "Pak mau beli kue saya?", pemuda yang ditawarkan sehingga risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet serta ia berbagi sebagai sedekah saja. "Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik".
Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil serta diberikan terhadap pengemis yang sedang meminta-minta.
Pemuda tadi sehingga bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan terhadap orang lain. "Kenapa kalian berbagi uang tersebut, kenapa tak kalian ambil?".
Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, "Saya telah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan sehingga pengemis, serta saya bakal bangga pulang ke rumah berjumpa ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Serta uang yang saya berbagi terhadap ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tak suka saya sehingga pengemis".
Pemuda tadi sehingga terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang tetap sangat kecil buat ukuran seorang anak yang telah punya etos kerja bahwa "kerja itu merupakan suatu kehormatan", kalau dirinya tak berhasil bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya memiliki kualitas yang kurang.
Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah menonton ibu tersenyum menyambut kedatangannya serta senyuman ibu yang tulus ia balas dengan kerja yang paling baik serta menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan sebab ia kasihan, bukan sebab ia lapar tapi sebab prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu "kerja merupakan suatu kehormatan", ia bakal memperoleh uang kalau ia telah bekerja dengan baik.
Hikmah & Pelajaran yang bisa diambil:
Semoga cerita di atas bisa menyadarkan kami mengenai pengertian pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk uang semata. Jangan hingga mata kami menjadi "hijau" sebab uang hingga akhirnya melupakan apa pengertian pentingnya kebanggaan profesi yg kami miliki.
Sekecil apapun profesi itu, kalau kami kerjakan dengan sungguh-sungguh, tentu bakal berarti besar
restoran jalanan serta iapun menyantap makanan yang telah dipesan.\
Saat pemuda itu makan datanglah seorang anak kecil laki-laki menjajakan kue terhadap pemuda tersebut, "Pak mau beli kue, Pak?" Dengan ramah pemuda yang sedang makan menjawab "Tidak, saya sedang makan".
Baca Juga : Anak Kecil serta Polisi Tidur
Anak kecil tersebut tidaklah berputus asa dengan tawaran pertama. Ia tawarkan lagi kue seusai pemuda itu berakhir makan, pemuda tersebut menjawab "Tidak dek saya telah kenyang".
Setelah pemuda itu membayar ke kasir serta beranjak berangkat dari warung kaki lima, anak kecil penjaja kue tak menyerah dengan usahanya yang telah hampir seharian menjajakan kue buatan bunda.
Baca Juga : Berawal dari Mimpi, Raih Cita-citamu
Mungkin anak kecil ini berpikir "Saya coba lagi tawarkan kue ini terhadap bapak itu, barangkali kue ini dijadikan oleh-oleh buat orang dirumah".
Ini merupakan suatu usaha yang gigih menolong ibunda untuk menyambung kehidupan yang serba pas-pasan ini.
Saat pemuda tadi beranjak berangkat dari warung tersebut anak kecil penjaja kue memperkenalkan ketiga kali kue dagangan. "Pak mau beli kue saya?", pemuda yang ditawarkan sehingga risih juga untuk menolak yang ketiga kalinya, kemudian ia keluarkan uang Rp 1.500,- dari dompet serta ia berbagi sebagai sedekah saja. "Dik ini uang saya kasih, kuenya nggak usah saya ambil, anggap saja ini sedekahan dari saya buat adik".
Lalu uang yang diberikan pemuda itu ia ambil serta diberikan terhadap pengemis yang sedang meminta-minta.
Pemuda tadi sehingga bingung, lho ini anak dikasih uang kok malah dikasihkan terhadap orang lain. "Kenapa kalian berbagi uang tersebut, kenapa tak kalian ambil?".
Anak kecil penjaja kue tersenyum lugu menjawab, "Saya telah berjanji sama ibu di rumah, ingin menjualkan kue buatan ibu, bukan sehingga pengemis, serta saya bakal bangga pulang ke rumah berjumpa ibu kalau kue buatan ibu terjual habis. Serta uang yang saya berbagi terhadap ibu hasil usaha kerja keras saya. Ibu saya tak suka saya sehingga pengemis".
Pemuda tadi sehingga terkagum dengan kata-kata yang diucapkan anak kecil penjaja kue yang tetap sangat kecil buat ukuran seorang anak yang telah punya etos kerja bahwa "kerja itu merupakan suatu kehormatan", kalau dirinya tak berhasil bekerja menjajakan kue, ia berpikir kehormatan kerja di hadapan ibunya memiliki kualitas yang kurang.
Suatu pantangan bagi ibunya, bila anaknya menjadi pengemis, ia ingin setiap ia pulang ke rumah menonton ibu tersenyum menyambut kedatangannya serta senyuman ibu yang tulus ia balas dengan kerja yang paling baik serta menghasilkan uang.
Kemudian pemuda tadi memborong semua kue yang dijajakan lelaki kecil, bukan sebab ia kasihan, bukan sebab ia lapar tapi sebab prinsip yang dimiliki oleh anak kecil itu "kerja merupakan suatu kehormatan", ia bakal memperoleh uang kalau ia telah bekerja dengan baik.
Hikmah & Pelajaran yang bisa diambil:
Semoga cerita di atas bisa menyadarkan kami mengenai pengertian pentingnya kerja. Bukan sekadar untuk uang semata. Jangan hingga mata kami menjadi "hijau" sebab uang hingga akhirnya melupakan apa pengertian pentingnya kebanggaan profesi yg kami miliki.
Sekecil apapun profesi itu, kalau kami kerjakan dengan sungguh-sungguh, tentu bakal berarti besar