Histats

Sudahkah Kamu Bersyukur untuk 8 Faktor Melelahkan Ini?

Tausiah Islam -Lelah itu nikmat. Bagaimana mungkin? Logikanya bagaimana?
Apabila Kamu seorang ayah, yang seharian bekerja keras mencari nafkah jadi pulang ke rumah dalam kelelahan yang sangat. Itu merupakan nikmat Allah swt yang luar biasa, sebab tidak sedikit orang yang sekarang menganggur serta bimbang mencari kerja.
Baca Juga : Hindari 8 Kesalahan Istri Saat Berjima’

Sudahkah Kamu Bersyukur untuk 8 Faktor Melelahkan Ini?


Setidaknya ada delapan (8) kelelahan manusia yang disukai Allah SWT serta RasulNya. Kedelapan kelelahan tersebut merupakan :

1. Lelah dalam berjihad di jalan-Nya (QS. 9:111)

2. Lelah dalam berda’wah/mengajak terhadap kebaikan (QS.41:33)

3. Lelah dalam beribadah serta beramal sholeh (QS.29:69)

4. Lelah mengandung, melahirkan, menyusui. memelihara serta mendidik putra/putri mandat Illahi (QS. 31:14)

5. Lelah dalam mencari nafkah halal (QS. 62:10)

6. Lelah mengurus keluarga (QS. 66:6)

7. Lelah dalam belajar/menuntut ilmu (QS. 3:79)

8. Lelah dalam kesusahan, kekurangan serta sakit (QS.2:155)

Jika Kamu seorang istri yang rutin kelelahan dengan tugas rumah tangga serta tugas melayani suami yang tidak sempat habis. Sungguh itu nikmat luar biasa, sebab alangkah tidak sedikit wanita sedang menanti-nanti untuk menjadi seorang istri, tetapi jodoh tidak kunjung hadir.
Baca Juga : Kisah Inspiratif: ‘Ipar itu Adalah Maut’

Jika kami orang tua yang sangat lelah tiap hari, sebab memelihara serta mendidik anak-anak, sungguh itu nikmat yang luar biasa. Sebab alangkah tidak sedikit pasangan yang sedang menanti hadirnya buah hati, sementara Allah swt belum berkenan memberi amanah.

Lelah dalam Mencari Nafkah

Suatu ketika Nabi saw serta para sahabat menonton seorang laki-laki yang sangat rajin serta ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: “Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.”

Rasulullah saw menjawab: “Apabila dirinya keluar mencari rezeki sebab anaknya yang tetap kecil, jadi dirinya di jalan Allah. Apabila dirinya keluar mencari rejeki sebab kedua orang tuanya yang telah renta, jadi dirinya di jalan Allah. Apabila dirinya keluar mencari rejeki sebab dirinya sendiri agar terjaga harga dirinya, jadi dirinya di jalan Allah. Apabila dirinya keluar mencari rejeki sebab riya serta kesombongan, jadi dirinya di jalan setan.” (Al-Mundziri, At-Targhb wa At-Tarhb).

Sungguh apresiasi yang menarik terhadap siapa pun yang lelah bekerja mencari nafkah. Islam memandang bahwa usaha mencukupi kebutuhan nasib di dunia juga mempunyai dimensi akhirat.

Bahkan dengan cara khusus Rasulullah saw memberikan berita gembira terhadap siapa pun yang kelelahan dalam mencari rejeki. “Barangsiapa pada malam hari merasakan kelelahan mencari rejeki pada siang harinya, jadi pada malam itu ia diampuni dosanya oleh Allah swt.”

Subhanallah, tidak ada yang sia-sia bagi seorang muslim, kecuali di dalamnya rutin ada keutamaan.

Kelelahan dalam bekerja dapat mendampingi meraih kebahagiaan dunia berupa harta, di segi lain dirinya memperoleh keutamaan akhirat dengan terhapusnya dosa-dosa. Syaratnya bekerja serta lelah. Bukankah ini bukti tidak terbantahkan, bahwa kelelahan nyatanya nikmat yang luar biasa?

Kelelahan Mendidik Anak

Di hari kiamat kelak, ada sepasang orangtua yang diberi dua pakaian (teramat indah) yang belum sempat dikenakan oleh penduduk bumi. Keduanya bimbang serta bertanya: “Dengan amalan apa kami dapat memperoleh pakaian semacam ini?” Dikatakan terhadap mereka: “Dengan (kesabaran)mu dalam mengajarkan Al-Quran terhadap anak-anakmu.”

Merawat serta mendidik anak untuk menjadi generasi shaleh/shalehah bukan urusan yang mudah. Alangkah berat serta sangat melelahkan. Harta saja tidak cukup.

Betapa tidak sedikit orang-orang kaya yang anaknya “gagal” sebab mereka sibuk mencari harta, tetapi abai terhadap pendidikan anak. Mereka mengira dengan uang segalanya dapat diwujudkan. Namun, uang dibangun tidak berdaya saat anak-anak telah menjadi pendurhaka.

Berbahagialah manusia yang selagi ini merasakan kelelahan serta berhati-hatilah yang tidak mau berlelah-lelah. Segala sesuatu ada hitungannya di segi Allah swt. Kebaikan yang besar mendapat keutamaan, kebaikan kecil tidak bakal sempat terlupakan.

Rasulullah saw bersabda: “Pahalamu sesuai dengan kadar lelahmu.”

Allah swt bakal rutin menilai serta menghitung dengan teliti serta cocok atas semua prestasi nasib kita, sebagaimana firman-Nya: “Dan bahwasanya seorang manusia tidak memperoleh tidak hanya apa yang telah diusahakannya. Serta bahwasanya usahanya itu nanti bakal di perlihatkan kepadanya. Kemudian bakal diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.”