Tausiah Islam - Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.
Shalawat serta salam atas Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga serta para sahabatnya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
“Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Tuntutan takwa di sini merupakan saat menjalankan shiyam Ramadhan. Harapannya, ketakwaan menjadi baju pelaku shiyam, kebiasaan serta karakternya.
Di antara bentuk takwa yang diperintahkan saat shiyam merupakan menjaga pandangan dari menonton yang haram. Realitanya, kemaksiatan pandangan ini tergolong bentuk kemaksiatan yang paling tidak sedikit dilakukan shaim di zaman ini. Ini tidak lepas dari lemahnya pembinaan keimanan serta tersebarnya kemaksiatan-kemasiatan semacam wanita ‘telanjang’, gambar-gambar porno, tontonan haram, film-film syahwat, perzinahan serta perkara-perkara yang mendekatkan ke sana.
Sistem kehidupan yang sekular terus menyempurnakan. Syahwat dipuja serta diumbar. Atas nama keindahan, estetika, seni serta semisalnya; wanita yang dipermak menjadi pelengkap dalam setiap event serta moment perkumpulan. Seakan-akan pemandangan haram tahap tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern ini.
Siapa yang puasa tapi tetap umbar syahwat serta keinginan nafsunya, Allah tidak perlu pada dirinya meninggalkan makan serta minumnya.
Pandangan Merupakan Nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan nikmat pengamatan untuk disyukuri. Yakni dipakai untuk ketaatan, bukan untuk menonton yang haram.
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengenal sesuatu pun, serta Dirinya memberi kalian pendengaran, pengamatan serta hati, supaya kalian bersyukur.” (QS. Al-Nahl: 78)
Ketiga nikmat ini menjadi kunci ilmu. Seorang hamba tidak bakal dapat mengenal sesuatu kecuali dengan salah satu dari tiga indera ini. jadi hamba dipesankan untuk menyukurinya, yaitu dengan menggunakannya dalam ketaatan terhadap Allah. Siapa yang memakai nikmat bukan dalam faktor ini, pendengaran, penglihatan, serta hati bakal menjadi musuh baginya di hari kiamat serta menggugatnya di hadapan Allah kelak.
Mengumbar Pandangan serta Kerasnya Hati
Salah satu penyebab kerasnya hati serta meredup cahayanya merupakan maksiat penglihatan. Jadi seseorang tidak dapat khusyu’ shalat, hilang rasa takut terhadap Allah, lenyap manisnya iman serta kenikmatan ibadah; tidak lain penyebabnya pandangan liat terhadap yang haram.
Disebutkan dalam satu riwayat, pandangan haram merupakan panah beracunnya Iblis yang disasarkan ke hati seorang hamba. Jadi siapa yang menundukkan pandangannya sebab Allah niscaya Dirinya menganugerahkan manisnya iman dalam hatinya hingga ia bertemu dengan-Nya.
Melihat yang haram mempunyai akibat kuat terhadap hati. Hati yang terkotori dengan tontonan haram bakal menuntut mata untuk menonton keharaman-keharaman lain setelahnya. Jadi menonton yang haram menjadi candu dalam kehidupannya. Misal, seseorang yang menonton tontonan alias foto porno, hatinya bakal senantiasa terngiang-ngiang sehingga, pikirannya sibuk menghayalkannya, jadi dorongan menonton keharaman lain terus kuat. Satu hari tidak liat yang haram, rasanya semacam orang sakau. Akibatnya, Al-Qur’an tidak lagi nikmat dibaca, shalat tidak terasa kekhusyu’annya, bangun malam berat, shalat malam tertinggal, serta disusul keburukan-keburukan lainnya.
Saat shiyam kami harus ingat-ingat betul perintah Allah yang ditujukan bagi mukmin laki-laki serta mukmin wanita; perintah menundukkan pandangan yang berlaku di Ramadhan serta di luarnya.
“Katakanlah terhadap orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 30)
“Katakanlah terhadap wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 31)
Karenanya, seorang shaim harus menjaga pandangannya dari menonton wanita-wanita di jalanan, gambar-gambar haram di koran-koran, majalah, baliho, menontot aurat-aurat lawan tipe di televisi, video, internet, serta selainnya.
Siapa yang mampu menjaga pandangannya saat shiyam jadi kesempurnaannya lebih dekat. Menjadi insan bertakwa terus kuat. Serta Allah bakal bukakan tidak sedikit kebaikan kepadanya.
Abu Al-Hasan al-Wariq berkata,
“Siapa menundukkan pandangannya dari yang haram jadi Allah anugerahkan hkmah pada lisannya jadi orang-orang yang mendengarkan ucapannya mendapat petunjuk. siapa menundukkan pandangannya dari yang syubhat, Allah bakal sinari hatinya dengan cahaya yang menunjukinya kke jalan keridhaan-Nya.”
Siapa meninggalkan menonton terhadap sesuatu yang disukainya, Allah ganti dengan sesuatu yang lebih disukai olehnya. Siapa meninggalkan menonton sesuatu yang Allah murkai, Dirinya anugerahkan cahaya di hatinya jadi dapat menonton yang benar dari yang batil.
. . . Salah satu penyebab kerasnya hati serta meredup cahayanya merupakan maksiat penglihatan. . .
Penutup
Memastikan tidak menonton yang haram di kehidupan kini rasanya tidak mungkin bisa, kecuali orang yang dirahmati Allah. Sebab kemaksiatan merajalela. Syahwat diumbar serta diberi kebebasan. Karenanya, sempurnakan puasa dengan tidak sedikit istighfar untuk menghapuskan kesalahan saat shiyam. Sibukkan mata dengan ketaatan serta kebaikan, jadi lalai dari yang haram-haram. Wallahu A’lam. (voa-islam)
Shalawat serta salam atas Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi Wasallam-, keluarga serta para sahabatnya.
Baca Juga : Anak Kecil serta Polisi Tidur
Jaga Mata Anda Saat Puasa
Bulan puasa alias Ramadhan, bulan penuh kebaikan serta keberkahan. Allah wajibkan shiyam atas insan beriman di siang harinya serta sunnahkan qiyam (shalat) di malamnya. Puncak tujuannya, supaya orang beriman senantiasa bertakwa terhadap Tuhannya.Baca Juga : Tutuplah Jalan Menuju Zina
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Hai orang-orang yang beriman! diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian supaya kalian bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183)
Tuntutan takwa di sini merupakan saat menjalankan shiyam Ramadhan. Harapannya, ketakwaan menjadi baju pelaku shiyam, kebiasaan serta karakternya.
Di antara bentuk takwa yang diperintahkan saat shiyam merupakan menjaga pandangan dari menonton yang haram. Realitanya, kemaksiatan pandangan ini tergolong bentuk kemaksiatan yang paling tidak sedikit dilakukan shaim di zaman ini. Ini tidak lepas dari lemahnya pembinaan keimanan serta tersebarnya kemaksiatan-kemasiatan semacam wanita ‘telanjang’, gambar-gambar porno, tontonan haram, film-film syahwat, perzinahan serta perkara-perkara yang mendekatkan ke sana.
Sistem kehidupan yang sekular terus menyempurnakan. Syahwat dipuja serta diumbar. Atas nama keindahan, estetika, seni serta semisalnya; wanita yang dipermak menjadi pelengkap dalam setiap event serta moment perkumpulan. Seakan-akan pemandangan haram tahap tidak terpisahkan dari kehidupan manusia modern ini.
Siapa yang puasa tapi tetap umbar syahwat serta keinginan nafsunya, Allah tidak perlu pada dirinya meninggalkan makan serta minumnya.
Pandangan Merupakan Nikmat
Allah Subhanahu wa Ta’ala menganugerahkan nikmat pengamatan untuk disyukuri. Yakni dipakai untuk ketaatan, bukan untuk menonton yang haram.
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًاوَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالأَبْصَارَ وَالأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
“Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengenal sesuatu pun, serta Dirinya memberi kalian pendengaran, pengamatan serta hati, supaya kalian bersyukur.” (QS. Al-Nahl: 78)
Ketiga nikmat ini menjadi kunci ilmu. Seorang hamba tidak bakal dapat mengenal sesuatu kecuali dengan salah satu dari tiga indera ini. jadi hamba dipesankan untuk menyukurinya, yaitu dengan menggunakannya dalam ketaatan terhadap Allah. Siapa yang memakai nikmat bukan dalam faktor ini, pendengaran, penglihatan, serta hati bakal menjadi musuh baginya di hari kiamat serta menggugatnya di hadapan Allah kelak.
Mengumbar Pandangan serta Kerasnya Hati
Salah satu penyebab kerasnya hati serta meredup cahayanya merupakan maksiat penglihatan. Jadi seseorang tidak dapat khusyu’ shalat, hilang rasa takut terhadap Allah, lenyap manisnya iman serta kenikmatan ibadah; tidak lain penyebabnya pandangan liat terhadap yang haram.
Disebutkan dalam satu riwayat, pandangan haram merupakan panah beracunnya Iblis yang disasarkan ke hati seorang hamba. Jadi siapa yang menundukkan pandangannya sebab Allah niscaya Dirinya menganugerahkan manisnya iman dalam hatinya hingga ia bertemu dengan-Nya.
Melihat yang haram mempunyai akibat kuat terhadap hati. Hati yang terkotori dengan tontonan haram bakal menuntut mata untuk menonton keharaman-keharaman lain setelahnya. Jadi menonton yang haram menjadi candu dalam kehidupannya. Misal, seseorang yang menonton tontonan alias foto porno, hatinya bakal senantiasa terngiang-ngiang sehingga, pikirannya sibuk menghayalkannya, jadi dorongan menonton keharaman lain terus kuat. Satu hari tidak liat yang haram, rasanya semacam orang sakau. Akibatnya, Al-Qur’an tidak lagi nikmat dibaca, shalat tidak terasa kekhusyu’annya, bangun malam berat, shalat malam tertinggal, serta disusul keburukan-keburukan lainnya.
Saat shiyam kami harus ingat-ingat betul perintah Allah yang ditujukan bagi mukmin laki-laki serta mukmin wanita; perintah menundukkan pandangan yang berlaku di Ramadhan serta di luarnya.
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ
“Katakanlah terhadap orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ
“Katakanlah terhadap wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya.” (QS. Al-Nuur: 31)
Karenanya, seorang shaim harus menjaga pandangannya dari menonton wanita-wanita di jalanan, gambar-gambar haram di koran-koran, majalah, baliho, menontot aurat-aurat lawan tipe di televisi, video, internet, serta selainnya.
Siapa yang mampu menjaga pandangannya saat shiyam jadi kesempurnaannya lebih dekat. Menjadi insan bertakwa terus kuat. Serta Allah bakal bukakan tidak sedikit kebaikan kepadanya.
Abu Al-Hasan al-Wariq berkata,
مَنْ غَضَّ بَصَرَهُ عَنْ مُحَرَّمٍ أَوْرَثَهُ اللَّهُ بِذَلِكَ حِكْمَةً عَلَى لِسَانِهِ يَهْدِي بِهَا سَامِعُوهُ وَمَنْ غَضَّ بَصَرَهُ عَنْ شُبْهَةٍ نَوَّرَ اللَّهُ قَلْبَهُ بِنُورٍ يَهْتَدِي بِهِ إِلَى طَرِيقِ مَرْضَاتِهِ
“Siapa menundukkan pandangannya dari yang haram jadi Allah anugerahkan hkmah pada lisannya jadi orang-orang yang mendengarkan ucapannya mendapat petunjuk. siapa menundukkan pandangannya dari yang syubhat, Allah bakal sinari hatinya dengan cahaya yang menunjukinya kke jalan keridhaan-Nya.”
Siapa meninggalkan menonton terhadap sesuatu yang disukainya, Allah ganti dengan sesuatu yang lebih disukai olehnya. Siapa meninggalkan menonton sesuatu yang Allah murkai, Dirinya anugerahkan cahaya di hatinya jadi dapat menonton yang benar dari yang batil.
. . . Salah satu penyebab kerasnya hati serta meredup cahayanya merupakan maksiat penglihatan. . .
Penutup
Memastikan tidak menonton yang haram di kehidupan kini rasanya tidak mungkin bisa, kecuali orang yang dirahmati Allah. Sebab kemaksiatan merajalela. Syahwat diumbar serta diberi kebebasan. Karenanya, sempurnakan puasa dengan tidak sedikit istighfar untuk menghapuskan kesalahan saat shiyam. Sibukkan mata dengan ketaatan serta kebaikan, jadi lalai dari yang haram-haram. Wallahu A’lam. (voa-islam)