Disebutkan dalam suatu riwayat, Malaikat Jibril mendatangi Nabi
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta berbicara bahwa Allah Ta’ala menjamin rezeki bagi semua hamba-Nya hingga meninggal dunia. Apabila terbukti rezeki telah dijamin terkait jumlah, waktu, serta segalanya, buat apa kami bekerja?
Selain terjamin jumlah serta kecocokan waktunya, terjaminnya rezeki juga terletak pada kepastiannya. Tidaklah seorang hamba dinasibkan, kecuali Allah Ta’ala telah menetapkan baginya jatah rezeki hingga seseorang meninggal dunia. Bahkan, ketetapan itu telah tercatat di Lauhul Mahfudz dengan cara lengkap serta detail.
Terjaminnya lagi, jatah rezeki mustahil dirusuhi, dirusak, diganggu, dilarang, alias digagalkan oleh makhluk mana pun. Apabila sesuatu telah ditetapkan sebagai rezeki bagi seorang hamba, maka ianya bakal hingga, walau seluruh makhluk membikin makar untuk menghalangi rezeki tersebut.
Sebaliknya, apabila bukan rezekinya, maka upaya seluruh makhluk untuk mendatangkan rezeki bagi hamba tersebut mustahil sukses. Allah Ta’ala Mahakuasa serta ketetapan-Nya tak dapat dilawan oleh makhluk mana pun. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Sebabnya, rezeki mustahil nyasar alias salah alamat. Tak ada alamat palsu dalam soal rezeki. Semuanya tertulis rapi serta tentu didistribusikan terhadap yang berhak memperolehnya. Bahkan terkait setiap butir kecil garam, ianya telah ditetapkan untuk direzekikan terhadap siapa, kapan waktunya, serta bagaimana caranya.
Apabila terbukti semacam ini, maka bekerja bukanlah satu-satunya jalan menjemput rezeki. Bekerja hanyalah satu di antara sekian tak sedikit jalan yang mungkin mendatangkan rezeki. Bekerja hanyalah salah satu perintah Allah Ta’ala supaya kami mencari karunia-Nya yang terbentang di muka bumi.
Maka, sebagaimana laiknya ibadah lainnya, bekerja pun harus dikerjakan dengan cara ikhlas serta sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ikhlas ialah memurnikan niat hanya untuk Allah Ta’ala serta Rasul-Nya, sedangkah meneladani Nabi dalam bekerja merupakan mencukupkan diri dengan yang halal serta menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari segala tipe keharaman serta jalan yang mendampingi kepadanya.
Selanjutnya, sebagaimana ibadah harus yang dikerenkan dengan amalan sunnah, bekerja pun begitu. Harus kami kerenkan detailnya dengan nama profesionalisme. Dikerjakan dengan sebaik mungkin. Jangan asal-asalan. Jangan main-main.
Apalagi, ada dosa-dosa yang tak dapat hilang kecuali apabila seorang laki-laki bekerja untuk mengupayakan nafkah bagi istri, anak-anak, serta keluarganya yang lain
semoga bermanfa'at silahkan share
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam serta berbicara bahwa Allah Ta’ala menjamin rezeki bagi semua hamba-Nya hingga meninggal dunia. Apabila terbukti rezeki telah dijamin terkait jumlah, waktu, serta segalanya, buat apa kami bekerja?
Baca Juga : Kehebatan doa seorang istri untuk suami
Selain terjamin jumlah serta kecocokan waktunya, terjaminnya rezeki juga terletak pada kepastiannya. Tidaklah seorang hamba dinasibkan, kecuali Allah Ta’ala telah menetapkan baginya jatah rezeki hingga seseorang meninggal dunia. Bahkan, ketetapan itu telah tercatat di Lauhul Mahfudz dengan cara lengkap serta detail.
Terjaminnya lagi, jatah rezeki mustahil dirusuhi, dirusak, diganggu, dilarang, alias digagalkan oleh makhluk mana pun. Apabila sesuatu telah ditetapkan sebagai rezeki bagi seorang hamba, maka ianya bakal hingga, walau seluruh makhluk membikin makar untuk menghalangi rezeki tersebut.
Sebaliknya, apabila bukan rezekinya, maka upaya seluruh makhluk untuk mendatangkan rezeki bagi hamba tersebut mustahil sukses. Allah Ta’ala Mahakuasa serta ketetapan-Nya tak dapat dilawan oleh makhluk mana pun. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.
Sebabnya, rezeki mustahil nyasar alias salah alamat. Tak ada alamat palsu dalam soal rezeki. Semuanya tertulis rapi serta tentu didistribusikan terhadap yang berhak memperolehnya. Bahkan terkait setiap butir kecil garam, ianya telah ditetapkan untuk direzekikan terhadap siapa, kapan waktunya, serta bagaimana caranya.
Apabila terbukti semacam ini, maka bekerja bukanlah satu-satunya jalan menjemput rezeki. Bekerja hanyalah satu di antara sekian tak sedikit jalan yang mungkin mendatangkan rezeki. Bekerja hanyalah salah satu perintah Allah Ta’ala supaya kami mencari karunia-Nya yang terbentang di muka bumi.
Maka, sebagaimana laiknya ibadah lainnya, bekerja pun harus dikerjakan dengan cara ikhlas serta sesuai sunnah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Ikhlas ialah memurnikan niat hanya untuk Allah Ta’ala serta Rasul-Nya, sedangkah meneladani Nabi dalam bekerja merupakan mencukupkan diri dengan yang halal serta menjauhkan diri sejauh-jauhnya dari segala tipe keharaman serta jalan yang mendampingi kepadanya.
Selanjutnya, sebagaimana ibadah harus yang dikerenkan dengan amalan sunnah, bekerja pun begitu. Harus kami kerenkan detailnya dengan nama profesionalisme. Dikerjakan dengan sebaik mungkin. Jangan asal-asalan. Jangan main-main.
Baca Juga : Makan Sambil Bersandar Ternyata Berbahaya !!! WAJIB BACA
Apalagi, ada dosa-dosa yang tak dapat hilang kecuali apabila seorang laki-laki bekerja untuk mengupayakan nafkah bagi istri, anak-anak, serta keluarganya yang lain
semoga bermanfa'at silahkan share