Saya sih merasa yakin, kalo remaja zaman kini hampir tidak ada
yang nggak punya akun sosmed. Entah itu Facebook, Twitter, Instagram, BBM, WhatsApp, Telegram, serta tidak sedikit lagi lainnya. Tidak jarang, tidak sedikit di antara mereka yang seolah tidak bisa nasib tanpa sosmed. Bangun tidur, update status dulu di salah satu sosmed di atas. Sarapan, habis mandi, siap-siap pergi sekolah, tiba di sekolah, ganti pelajaran, apapun dilaporkan di medsos. Biasanya di akhir tiap status ada tulisan begini ‘like ya’. Ihh… nyatanya haus like, gitukah? (ada juga yang saking galaunya nge-like status sendiri, hehehe)
Belum lagi kalau nyatanya orang yang disuka ikut nge-like atau kasih komen, langsung berasa GR nggak habis-habis. Tidur tidak enak makan pun tidak nyenyak, upz…kebalik ya? Bahkan bisa jadi orang yang disuka itu tidak dikenalnya dengan baik atau sebatas gambar profil yang cantik atau ganteng. Semakin gitu deh, jatuh hati pada gambar yang bisa saja itu hasil nyomot dari google.
Maraknya sosmed di zaman sekarang, apalagi disertai dengan device yang harganya makin murah, sewajibnya sikap para pemakai juga kudu paham etikanya dong ya. Gimana sih etika berinteraksi di sosmed itu? Pantengin aja semakin tulisan ini hingga habis supaya kalian makin up to date serta bisa menentukan sikap paling baik saat ber-sosmed.
Interaksi di sosmed
Sobat gaulislam, hakikatnya, interaksi di sosmed miriplah dengan di dunia nyata. Di sana ada hal-hal positif yang bisa kalian ambil kegunaaannya semacam share tautan mengenai motivasi serta dakwah, umpama. Berkumpul di grup kegemaran atau kegiatan sosial lainnya. Tapi pada saat yang sama, faktor negatif juga mengintai di sosmed. Mulai dari bullying, bercanda melalui batas, saling memaki bahkan pacaran serta ajakan kemaksiatan lainnya.
Mereka yang pemalu, tidak jarang menjadikan sosmed sebagai pelampiasan. Remaja dengan segenap hormon perkembangan seksual yang sedang mekar-mekarnya, gampang banget jatuh hati kepada lawan tipe meskipun sebatas dunia maya atau di sosmed. Di status ada juga yang dengan berani menuliskan tunangan, pacaran bahkan menikah padahal ketemu muka saja belum. Panggilan mami papa, ayah bunda, serta sok yayang-yayangan lainnya bertebaran di seluruh penjuru dinding sosmed. Dengan dalih bahwa dengan cara fisik tidak berjumpa, mereka berpendapat bahwa faktor tersebut sah-sah saja dilakukan.
Perbedaan pendapat mudah sekali tersulut di medsos sebab salah paham. Namanya saja bahasa tulisan, kalau tidak bijaksana menyikapi tidak sedikit sekali faktor yang bisa mengarah pada permusuhan. Orang bakal lebih ekspresif sebab toh yang dihadapi cuma layar datar tanpa ada pihak lain yang diajak bicara langsung. Biasanya fenomena semacam ini tepat bagi mereka yang karakternya pemalu, penakut atau pengecut.
Pendapat yang tidak sama itu biasa. Menjadi tidak biasa kalau telah disertai aura permusuhan serta bullying kepada pihak lain. Jangan hingga deh kalian menjadi pihak yang suka mem-bully atau menyebarkan semangat permusuhan. Bilapun ada salah satu komentator yang ‘nyolot’ di status sosmed kamu, maka hadapi dengan kepala dingin. Kalau dirinya tetap nyolot juga maka tinggalkan dia. Sayang waktu serta energimu habis untuk menghadapi orang yang terbukti tujuannya sekadar mendebatmu tanpa ilmu.
Bila sikapnya tetap berlanjut, seakan-akan memancingmu untuk hilang kesabaran serta ikut ‘nyolot’ balik maka ambil perbuatan tegas. Delete dirinya dari jajaran perkawanan sosmed, kalau butuh blokir. Tenang saja, delete serta blokir tidak lantas membuat kalian memutuskan silaturahim dengannya di dunia nyata. Apalagi kalau nyatanya si tukang ‘nyolot’ merupakan sebatas kawan di sosmed yang tidak ada kepentingan berurusan dengannya dalam kenasiban sehari-hari. Udah, buang saja. Pilihlah tipe kawan di sosmed yang mengajakmu semakin meningkatkan keimanan serta membenahi diri.
Ingat, ada hisab di balik sosmed
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jelas, lakukanan apapun meskipun sebesar debu tetap ada hisab di hari pembalasan kelak. Jangan dikira sebab ini dunia maya, kalian jadi leluasa mau berbuat apa saja. Akidah seorang muslim semakin dibawa hingga kapan pun serta di mana pun tergolong ketika kalian ber-sosmed.
Saya tidak sedikit mendapat pertanyaan dari para remaja mengenai pacaran sebatas sosmed. Mereka berpendapat itu boleh sebab kan tidak berjumpa dengan cara langsung, sekadar ‘ngobrol’ lewat tulisan serta memotivasi supaya makin rajin belajar.
Hey…balik lagi ke definisi pacaran. Rutin ada komitmen kan bagi pasangan kekasih yang sama-sama menyukai serta mencintai? Padahal di dalam Islam, komitmen yang halal antara laki-laki serta perempuan itu cuma khitbah/meminang serta menikah. Terbuktinya kalian mau menikah selepas SMP? Nggak kan? Jadi nggak usah bermain api deh.
Setan itu masuk dari lubang sekecil apapun tergolong via sosmed. Tidak ada jaminan meskipun pacaran via sosmed, kalian nggak bakal terbayang serta kangen si dia. Bila rasa ini telah meraja, pasti bakal mencari tutorial untuk dilampiaskan. Tidak sedikit kok kisah nyata remaja yang lari dengan pacar yang dikenal sebatas di Facebook, Twitter atau Instagram. Kalau telah begini, yakin deh pergaulan leluasa yang ujungnya hamil di luar nikah sebab perzinaan bakal terjadi. Naudzubillah.
Lalu ada lagi argumen supaya makin rajin belajar dengan pacaran via sosmed. Tahu nggak sih kalian bahwa dengan meniatkan faktor semacam ini, itu artinya kalian telah menduakan Allah? Yang namanya belajar itu sewajibnya sebab Allah Ta’ala, bukan sebab si pacar. Di poin ini saja kalian itu telah salah besar, Bro and Sis. Udah deh, nggak usah cari argumen untuk aktivitas kemaksiatan yang terencana. Bila bisa berkawan saja, kenapa wajib pacaran? Jangan dibalik ya!
Bijak dalam ber-sosmed
Sobat gaulislam, sosmed itu ibarat pisau bermata dua. Teknologi ini bisa dipakai untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan bin kemaksiatan. Tergantung manusianya mau menggunakannya untuk apa. Nah, sebab kalian merupakan remaja muslim yang cerdas serta bertanggung jawab, pasti sosmed dipakai untuk faktor yang baik-baik saja. Iya kan?
Saya menyebutnya dunia ada di ujung jari. Bagaimana tidak? Kalian bisa mencari informasi apapun hanya dengan menggerakkan jarimu di layar datar device. Mbah Google siap menjawab apapun pertanyaanmu, asal kalian nggak minta jawaban surga atau neraka sebagai tempat kembalimu. Hehe…just kidding. Maksudnya selagi pertanyaan kalian itu untuk mendukung prestasi belajar sekolahmu, do it!
Sayangnya, tidak sedikit remaja yang aktif ber-sosmed itu hanya untuk haha-hihi nggak penting serta gaje (nggak jelas). Padahal kalau mau, kalian bisa meningkatkan nilai dirimu dari sini. Bagaimana caranya? Tidak sedikit. Kalian bisa gabung grup sesuai kegemaranmu. Bisa grup bahasa inggris, fisika, kimia, penggemar novel, penulis, informasi lomba-lomba, belajar islam, ilmu hadist, serta lain-lain. Kalian juga bisa menjalin perkawanan dengan remaja seluruh dunia sambil melatih performamu berbahasa asing. Ingat, berkawan ya, bukan pacaran!
Solidaritas sesama umat Islam juga bisa dijalin di sosmed. Informasi mengenai Palestina yang dijajah Israel tapi jarang dimuat media mainstraim bisa kalian bisakan via sosmed. Berita mengenai mujahidin yang tidak sedikit mendapat fitnah dari orang-orang yang membenci jihad, juga bisa kalian bisakan via sosmed. Hati-hati dengan informasi hoax atau tidak benar. Sebab itu pilihlah kawan-kawan yang baik yang bakal memberimu informasi terpercaya.
Ingat, memilih kawan di sosmed tidak ubahnya semacam memilih kawan di dunia nyata. Jika status serta isi dinding sosmed-nya tidak sedikit berisi hal-hal nggak benar semacam pornografi, hujatan, makian serta hal-hal kurang baik lainnya, mending kalian ‘unfriend’ orang-orang tipe ini.
Finally…
Milikilah semangat kebaikan dalam ber-sosmed. Buang jauh-jauh keinginan untuk bermaksiat sekecil apapun itu. Maksiat sosmed biasanya dalam bentuk mencaci, menghujat, menyebarkan berita bohong serta gambar porno, serta sebagainya.
Tidak sedikit sekali faktor di sosmed yang dalam tataran nilai keislaman sungguh tidak layak, tidak pantas, tidak sopan untuk disebar. Daripada kalian sulit hati serta itu menghabiskan energi, lebih baik kalian tidak me-like, atau cuekin saja. Bila keterlaluan membuat panas hati, maka delete kalau butuh blokir. Habis perkara.
Terbukti sih kalau bisa diusahakan untuk menasehatinya, silakan saja. Tapi toh keputusan akhir dirinya yg menentukan kepada nasehat itu: ambil atau tinggalkan. Bila telah sangatlah bebal, maka berbagi doa saja untuk tipe-tipe semacam ini. Doa yang tidak terucap serta tertulis tapi ada untuk mereka yang menjengkelkan. Doanya yang baik-baik. Supaya bisa hidayah, umpama.
Sosmed merupakan dunia untuk share kebaikan, bukan mencari musuh. Itu saja sih prinsip yang wajib kalian pegang. Bila terlalu lelah dengan hiruk-pikuknya, ambil jaga jarak. Nikmati damainya dunia nyata yang dengan segala warnanya yang sanggup menceriakan hari-harimu. Bila kondisi hati telah siap, kembali ke sosmed dengan segala karakter manusia di balik tulisan, artikel, serta video yang beraneka macam. Siap di sini maksudnya dengan segala konsekuensinya. Niatnya juga kudu lurus. Bukan sekadar iseng atau ngisi waktu luang. Tapi di sosmed bisa dakwah.
yang nggak punya akun sosmed. Entah itu Facebook, Twitter, Instagram, BBM, WhatsApp, Telegram, serta tidak sedikit lagi lainnya. Tidak jarang, tidak sedikit di antara mereka yang seolah tidak bisa nasib tanpa sosmed. Bangun tidur, update status dulu di salah satu sosmed di atas. Sarapan, habis mandi, siap-siap pergi sekolah, tiba di sekolah, ganti pelajaran, apapun dilaporkan di medsos. Biasanya di akhir tiap status ada tulisan begini ‘like ya’. Ihh… nyatanya haus like, gitukah? (ada juga yang saking galaunya nge-like status sendiri, hehehe)
Baca Juga : Apakah darah itu najis/suci?
Belum lagi kalau nyatanya orang yang disuka ikut nge-like atau kasih komen, langsung berasa GR nggak habis-habis. Tidur tidak enak makan pun tidak nyenyak, upz…kebalik ya? Bahkan bisa jadi orang yang disuka itu tidak dikenalnya dengan baik atau sebatas gambar profil yang cantik atau ganteng. Semakin gitu deh, jatuh hati pada gambar yang bisa saja itu hasil nyomot dari google.
Maraknya sosmed di zaman sekarang, apalagi disertai dengan device yang harganya makin murah, sewajibnya sikap para pemakai juga kudu paham etikanya dong ya. Gimana sih etika berinteraksi di sosmed itu? Pantengin aja semakin tulisan ini hingga habis supaya kalian makin up to date serta bisa menentukan sikap paling baik saat ber-sosmed.
Interaksi di sosmed
Sobat gaulislam, hakikatnya, interaksi di sosmed miriplah dengan di dunia nyata. Di sana ada hal-hal positif yang bisa kalian ambil kegunaaannya semacam share tautan mengenai motivasi serta dakwah, umpama. Berkumpul di grup kegemaran atau kegiatan sosial lainnya. Tapi pada saat yang sama, faktor negatif juga mengintai di sosmed. Mulai dari bullying, bercanda melalui batas, saling memaki bahkan pacaran serta ajakan kemaksiatan lainnya.
Mereka yang pemalu, tidak jarang menjadikan sosmed sebagai pelampiasan. Remaja dengan segenap hormon perkembangan seksual yang sedang mekar-mekarnya, gampang banget jatuh hati kepada lawan tipe meskipun sebatas dunia maya atau di sosmed. Di status ada juga yang dengan berani menuliskan tunangan, pacaran bahkan menikah padahal ketemu muka saja belum. Panggilan mami papa, ayah bunda, serta sok yayang-yayangan lainnya bertebaran di seluruh penjuru dinding sosmed. Dengan dalih bahwa dengan cara fisik tidak berjumpa, mereka berpendapat bahwa faktor tersebut sah-sah saja dilakukan.
Perbedaan pendapat mudah sekali tersulut di medsos sebab salah paham. Namanya saja bahasa tulisan, kalau tidak bijaksana menyikapi tidak sedikit sekali faktor yang bisa mengarah pada permusuhan. Orang bakal lebih ekspresif sebab toh yang dihadapi cuma layar datar tanpa ada pihak lain yang diajak bicara langsung. Biasanya fenomena semacam ini tepat bagi mereka yang karakternya pemalu, penakut atau pengecut.
Pendapat yang tidak sama itu biasa. Menjadi tidak biasa kalau telah disertai aura permusuhan serta bullying kepada pihak lain. Jangan hingga deh kalian menjadi pihak yang suka mem-bully atau menyebarkan semangat permusuhan. Bilapun ada salah satu komentator yang ‘nyolot’ di status sosmed kamu, maka hadapi dengan kepala dingin. Kalau dirinya tetap nyolot juga maka tinggalkan dia. Sayang waktu serta energimu habis untuk menghadapi orang yang terbukti tujuannya sekadar mendebatmu tanpa ilmu.
Bila sikapnya tetap berlanjut, seakan-akan memancingmu untuk hilang kesabaran serta ikut ‘nyolot’ balik maka ambil perbuatan tegas. Delete dirinya dari jajaran perkawanan sosmed, kalau butuh blokir. Tenang saja, delete serta blokir tidak lantas membuat kalian memutuskan silaturahim dengannya di dunia nyata. Apalagi kalau nyatanya si tukang ‘nyolot’ merupakan sebatas kawan di sosmed yang tidak ada kepentingan berurusan dengannya dalam kenasiban sehari-hari. Udah, buang saja. Pilihlah tipe kawan di sosmed yang mengajakmu semakin meningkatkan keimanan serta membenahi diri.
Ingat, ada hisab di balik sosmed
Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Jelas, lakukanan apapun meskipun sebesar debu tetap ada hisab di hari pembalasan kelak. Jangan dikira sebab ini dunia maya, kalian jadi leluasa mau berbuat apa saja. Akidah seorang muslim semakin dibawa hingga kapan pun serta di mana pun tergolong ketika kalian ber-sosmed.
Saya tidak sedikit mendapat pertanyaan dari para remaja mengenai pacaran sebatas sosmed. Mereka berpendapat itu boleh sebab kan tidak berjumpa dengan cara langsung, sekadar ‘ngobrol’ lewat tulisan serta memotivasi supaya makin rajin belajar.
Hey…balik lagi ke definisi pacaran. Rutin ada komitmen kan bagi pasangan kekasih yang sama-sama menyukai serta mencintai? Padahal di dalam Islam, komitmen yang halal antara laki-laki serta perempuan itu cuma khitbah/meminang serta menikah. Terbuktinya kalian mau menikah selepas SMP? Nggak kan? Jadi nggak usah bermain api deh.
Setan itu masuk dari lubang sekecil apapun tergolong via sosmed. Tidak ada jaminan meskipun pacaran via sosmed, kalian nggak bakal terbayang serta kangen si dia. Bila rasa ini telah meraja, pasti bakal mencari tutorial untuk dilampiaskan. Tidak sedikit kok kisah nyata remaja yang lari dengan pacar yang dikenal sebatas di Facebook, Twitter atau Instagram. Kalau telah begini, yakin deh pergaulan leluasa yang ujungnya hamil di luar nikah sebab perzinaan bakal terjadi. Naudzubillah.
Lalu ada lagi argumen supaya makin rajin belajar dengan pacaran via sosmed. Tahu nggak sih kalian bahwa dengan meniatkan faktor semacam ini, itu artinya kalian telah menduakan Allah? Yang namanya belajar itu sewajibnya sebab Allah Ta’ala, bukan sebab si pacar. Di poin ini saja kalian itu telah salah besar, Bro and Sis. Udah deh, nggak usah cari argumen untuk aktivitas kemaksiatan yang terencana. Bila bisa berkawan saja, kenapa wajib pacaran? Jangan dibalik ya!
Bijak dalam ber-sosmed
Sobat gaulislam, sosmed itu ibarat pisau bermata dua. Teknologi ini bisa dipakai untuk kebaikan, bisa juga untuk kejahatan bin kemaksiatan. Tergantung manusianya mau menggunakannya untuk apa. Nah, sebab kalian merupakan remaja muslim yang cerdas serta bertanggung jawab, pasti sosmed dipakai untuk faktor yang baik-baik saja. Iya kan?
Saya menyebutnya dunia ada di ujung jari. Bagaimana tidak? Kalian bisa mencari informasi apapun hanya dengan menggerakkan jarimu di layar datar device. Mbah Google siap menjawab apapun pertanyaanmu, asal kalian nggak minta jawaban surga atau neraka sebagai tempat kembalimu. Hehe…just kidding. Maksudnya selagi pertanyaan kalian itu untuk mendukung prestasi belajar sekolahmu, do it!
Sayangnya, tidak sedikit remaja yang aktif ber-sosmed itu hanya untuk haha-hihi nggak penting serta gaje (nggak jelas). Padahal kalau mau, kalian bisa meningkatkan nilai dirimu dari sini. Bagaimana caranya? Tidak sedikit. Kalian bisa gabung grup sesuai kegemaranmu. Bisa grup bahasa inggris, fisika, kimia, penggemar novel, penulis, informasi lomba-lomba, belajar islam, ilmu hadist, serta lain-lain. Kalian juga bisa menjalin perkawanan dengan remaja seluruh dunia sambil melatih performamu berbahasa asing. Ingat, berkawan ya, bukan pacaran!
Solidaritas sesama umat Islam juga bisa dijalin di sosmed. Informasi mengenai Palestina yang dijajah Israel tapi jarang dimuat media mainstraim bisa kalian bisakan via sosmed. Berita mengenai mujahidin yang tidak sedikit mendapat fitnah dari orang-orang yang membenci jihad, juga bisa kalian bisakan via sosmed. Hati-hati dengan informasi hoax atau tidak benar. Sebab itu pilihlah kawan-kawan yang baik yang bakal memberimu informasi terpercaya.
Ingat, memilih kawan di sosmed tidak ubahnya semacam memilih kawan di dunia nyata. Jika status serta isi dinding sosmed-nya tidak sedikit berisi hal-hal nggak benar semacam pornografi, hujatan, makian serta hal-hal kurang baik lainnya, mending kalian ‘unfriend’ orang-orang tipe ini.
Finally…
Milikilah semangat kebaikan dalam ber-sosmed. Buang jauh-jauh keinginan untuk bermaksiat sekecil apapun itu. Maksiat sosmed biasanya dalam bentuk mencaci, menghujat, menyebarkan berita bohong serta gambar porno, serta sebagainya.
Tidak sedikit sekali faktor di sosmed yang dalam tataran nilai keislaman sungguh tidak layak, tidak pantas, tidak sopan untuk disebar. Daripada kalian sulit hati serta itu menghabiskan energi, lebih baik kalian tidak me-like, atau cuekin saja. Bila keterlaluan membuat panas hati, maka delete kalau butuh blokir. Habis perkara.
Terbukti sih kalau bisa diusahakan untuk menasehatinya, silakan saja. Tapi toh keputusan akhir dirinya yg menentukan kepada nasehat itu: ambil atau tinggalkan. Bila telah sangatlah bebal, maka berbagi doa saja untuk tipe-tipe semacam ini. Doa yang tidak terucap serta tertulis tapi ada untuk mereka yang menjengkelkan. Doanya yang baik-baik. Supaya bisa hidayah, umpama.
Sosmed merupakan dunia untuk share kebaikan, bukan mencari musuh. Itu saja sih prinsip yang wajib kalian pegang. Bila terlalu lelah dengan hiruk-pikuknya, ambil jaga jarak. Nikmati damainya dunia nyata yang dengan segala warnanya yang sanggup menceriakan hari-harimu. Bila kondisi hati telah siap, kembali ke sosmed dengan segala karakter manusia di balik tulisan, artikel, serta video yang beraneka macam. Siap di sini maksudnya dengan segala konsekuensinya. Niatnya juga kudu lurus. Bukan sekadar iseng atau ngisi waktu luang. Tapi di sosmed bisa dakwah.
Baca Juga : Ingin Surga Tapi Tidak Mau Beramal ?Dewasalah dalam ber-sosmed. Yuk menebar kebaikan serta kegunaaan dalam erat persahabatan, bukan sebaliknya. Sayang bila kemajuan teknologi yang ada tidak malah memkerenkan amalmu di hadapanNya. Jangan hingga kami menjadi orang-orang yang memenyesal hanya sebab terlena dengan urusan sosmed jadi tidak sedikit waktu terbuang sia-sia apalagi hingga meningkatkan dosa. Jadi, yuk ber-sosmed dengan bijaksana dengan tetap mematuhi rambu-rambu syar’i yang ada!